play it

Senin, 13 Juli 2009

perkenalan

Kisah ini dimulai di sebuah desa di kaki gunung kota Bandung. Cerita tentang bocah-bocah kelas 6 SD yang sering bermain di sebuah pohon, mereka adalah Ardi, Ipan, Iyang, Asep, Ujang, Dimas, dan Aji. Ardi dialah yang sekarang menjadi ketua, tubuhnya sama dengan yang lainnya kecuali Dimas dia tinggi dan Iyang dia sedikit pendek, dengan rambut belah pinggir rapid an sebagian helai rambutnya menggores dahi sehingga Asep, Ujang, dan Aji ingin memiliki rambut seperti itu matanya tajam apalagi saat ia melihjat fokus terhadap sesuatu dari atas pohon, seakan ia berkata, “Inilah aku Ardi yang akan menguasai negeri ini.” Kulitnya yang berwarna menambah ketampanan bocah kecil itu.

Ipan, seorang anak lelaki dari petani yang hampir memiliki tanah dimana-mana, wajahnya selalu berseri dan ia tidak pernah sombong dengan apa yang ayahnya miliki, setiap ayahnya memberikan makanan, ia selalu membaginya dengan yang lain, itulah sikap segerombol anak kecil ini, selalu membagi apa yang mereka dapat. Rambutnya begitu lurus dan halus, mungkin bila ia memakai baju perempuan ia akan lebih mirip perempuan, dan rambutnya selalu panjang oleh karena itu dia sering dipanggil gondrong oleh teman-temannya.

Iyang, bocah yang satu ini walaupun pendek ia yang paling gesit dai semua, tubuhnya lihai sekali dan ia tertarik akan benda-benda bergerak, ia tidak pernah tahan untuk tidak mengambil benda tersebut apalagi bila benda itu mengarah padanya, tangannya akan segera reflex mengambil barang tersebut seperti halnya anak SD lain wajahnya masi berseri, bentuk kepalanya bulat terkadang membuat gemas warga dan rambutnya yang bergelombang itu menarik perhatian orang.

Asep, anak yang hitam manis, selalu tersenyum dan tidak mudah marah, ia selalu bisa mengkontrol situasi dirinya bahkan teman-temannya ketika sedang ada dalam masalah. Asep memiliki gerakan yang unik yaitu bila mungkin terdiam ia meniup-niupkan jari kanannya dengan cepat rambutnya hitam dan matanya coklat seperti warna kulitnya.

Ujang, mereka sering memanggilnya Jajang, mungkin karena kebanyakan orang memanggil "Jang,Jang" jadi mereka memanggilnya begitu, kulitnya putih wajah seperti ke turki-turkian dengan hidung yang mancung, ia cucu dari salah satu imam besar di mesjid dekat rumahnya dan ayahnya adalah guru ngaji tersohor hingga kota Bandung.

Dimas, tubuhnya tinggi lebih dari anak-anak lain mungkin bila mereka menoleh kearahnya kepala mereka hanya sampai lehernya saja, ia anak yang pintar tetapi orangtuanya agak memaksa ia untuk belajar sehingga ia sedikit sulit untuk diajak bermain bersama.

Aji, ia anak dari seorang pekerja swasta yang biasanya berpindah-pindah dan seorang guru private untuk anak-anak yang duduk di sekolah dasar karena ia tidak mungkin menetap pada satu sekolah sedangkan dalam 5-7 tahun mereka harus berpindah. Aji itu anak yang pendiam mungkin terlalu diam dan tidak bisa memanjat pohon sehingga ia menjadi ketua terakhir di grupnya dari 6 anak lain, ia tidak mudah putus asa dan satu kekurangannya tadi yaitu dia tidak bisa memanjat pohon. itu kekurangan yang amat sangat karena basecamp mereka adalah pohon dan ketua berada di paling atas pohon tersebut lalu di bawahnya ketua dua begitu seterusnya sampai ketua akhir. Uniknya mereka melakukan pergantian ketua satu bulan sekali. Pohon itu terletak di tengah-tengah lapangan luas dan terdapat gubug tua tidak jauh dari situ dan seorang kakek-kakek tinggal disana, ia tidak terlalu ramah, bahkan sampai mengusir bila anak-anak bermain di pohon tersebut. Aji kulitnya sawo matang, rambutnya tebal seperti bantal kapuk yang baru dijemur dan selalu acak-acakan, ia ingin memiliki rambut seperti Ardi yang lurus dan tertata rapi tetapi selalu tidak bisa.

Mereka semua tinggal bertetangga tidak terlalu dekat memang, mungkin 50-100 meter dari satu rumah ke rumah lain dan mereka belajar bersama di satu sekolah yaitu SDN 1 Ciampar. Disana memang tidak penuh, setiap grade hanya terdapat satu kelas dan satu kelas itu hanya 15-20 siswa yang ada. Dan di kelas mereka, kelas 6 terdapat 18 murid dengan siswa 8 orang dan siswi 10 orang, dan yang selalu rangking pertama adalah Nia, anak perempuan satu-satunya dari keluarga seorang pedagang sayur dengan rambut yang panjang bergelombang sampai pundak, muka berseri, mata yang indah dan senyumnya yang menawan membuat Aji kagum saat itu, sebenarnya teman-teman Aji mengetahui hal tersebut tetapi mereka diam, mereka ingin tahu apa yang dilakukan Aji untuk mendapatkan hati Nia.

Wali kelas mereka Bu Tuti, seorang guru yang tegas, selalu memakai kerudung saat mengajar dan membawa penggaris kayu 100 cm ketika menerangkan, tetapi ia adalah guru yang sangat baik, ia mengajarkan semua mata pelajaran kecuali olahraga.

Rabu, 22 April 2009

Cinta

Yang gw tahu sih cinta itu datang dari hati bukan dari mata, walau banyak orang bilang dari mata turun ke hati, tapi sebagian dari diri gw ga percaya sama kata-kata itu, apa lagi kata-kata “cinta pada pandangan pertama” -.-a zzzz

Tu yah bukan cinta tapi cuma rasa ingin memiliki.

Arti cinta ga bisa kita ungkapkan dengan kata-kata, plus cinta itu udah kayak simbiosis sama hati kita, ia bisa buat seneng, sedih, marah, macem-macemlah.

Gw juga gatau ni apa yang sekarang gw rasain tp......

Huah tangan gw gemeteran. . huhu....

Rasa cinta yang gw alami selama ini kayak puisi kakak gw..

Disaat sepi datang kau muncul dipikiranku.

Disaatku melamun kau datang dihatiku.

Tapi mengapa pada saatku berada di hadapanku.

Aku tak bisa bicara denganmu.

Hati ini seperti terpesona, nelihat dia di hadapanku.

Kalau boleh aku katakan, aku sangat suka kepadamu.

Tapi tak mungkin, aku tak tahu

Perasaanmu padaku,

Aku hanya bisa berdoa semoga

Kau tahu perasaanku kepadamu.

Tu puisi dala banget buat gw, gatau deh mungkin gw orang bego yang udah nyianyiain semuanya.

Kalau dihitung si dah 3 tahun + + gw gini terus, maybe czz gw emang orang yang terlalu pendiem.

Kayak lagu project pop yang repotnya jatuh cinta itu.

Lupa gw liriknya kayak mana.

Yang jelas cinta itu ga ada batasan, mau waktu, mau tempat, lu jauh ma dia, udah bertahun-tahun ga ketemu, tapi lu ga bakal bisa ngelupain dia.

Pasti aja ada 1 hal or sepintas gitu yang bikin lu inget sama dia.

Kalau bisa ketemu atau ngobrol-ngobrol itu bakal ngebuat lu happy abis walau misal cuma di layanan chatting, yang cuma lu bisa liat tulisan komputer atau hp plus foto dia aja.

Haha seru juga nulis-nulis dikomp. dari pada nulis dibuku tulisan gw jelek :p

Selamat UN buat SD, SMP, and SMA

Moga semua lulus terutama kakak gw moga lulus dan masuk perguruan tinggi yang jauh supaya ga balik-balik lagi ke rumah...hehe..becanda

B’juang ALL raih cita dan cinta lu...

“Sinari harimu dengan kebahagian dan cinta, tidak dengan halusinasi narkoba”

Kutipan dari BNN (Badan Narkotika Nasional) republik Indonesia

Selasa, 21 April 2009

coba-coba

Harta Karun

Suatu ketika ada seorang siswa SMP kelas 8 bernama Hadi yang baru saja pindah ke sekolah SMPN 2 Panajam, Kalimantan Timur. Karena ia adalah murid baru, ia sering diledek oleh sekelompok orang jail terutama seseorang yang bernama Yana, tetapi Hadi juga sudah memiliki teman akrab bernama Yuri.

Suatu hari sekolah mereka mengadakan tour, terutama bagi siswa-siswi kelas 8, yaitu pendakian gunung di gunung beratus. Ketika Hadi akan menaiki bus yang disewa sekolah mereka, Hadi didorong oleh Yana sampai terjatuh, Yanapun meledek Hadi dengan sebutan “Nak cupu.” Kemudian Yana beserta teman-temannya masuk ke bus dan disusul oleh Hadi. Didalam bus Yana masih saja meledek Hadi, ia berkata, “Eh, awas! awas! nak cupu mau lewat, nanti ketular cupu loe!” untungnya ada Yuri yang duduknya masih sendiri ditempat duduk yang hanya ada dua kursi, Hadipun berkata, “Boleh gak aku duduk disini dan didekat jendela?” “Silahkan aja,” jawab Yuri. Hadi langsung duduk didekat jendela.

Dalam perjalananpun Hadi sering diledek oleh Yana dan teman-temannya, tapi Hadi tidak menghiraukannya, ia tetap sabar walaupun Yana sering sekali meledekinya. Akan tetapi malah Yuri yang merasa jengkel terhadap perlakuan Yana terhadap Hadi. “Hey, apa loe gak jengkel dengan kelakuan Yana? ia sering ngeledekin loe tau,” tanya Yuri. Hadi hanya menggelengkan kepalanya, “Aku tidak mau meledek ataupun membalas perbuatanya, cepat atau lambat ia akan menjadi temanku juga,” kata Hadi sambil melihat keluar jendela. Ditengah perjalananpun Yana masih tetap meledeki Hadi, sampai guru yang bernama bapak Suparman datang dan memarahi mereka. Mereka semua terdiam sampai ditempat tujuan.

Bus mereka berhenti ditempat pemberhentian bus wisata, di sana hanya terdapat 3 bus dan ditambah 4 bus yang disewa oleh sekolah Hadi. Mereka semua keluar dan berkemas-kemas. Bapak Suparman beserta guru-guru lainnya mengumpulkan murid-murid. “Berkumpul semuanya! kita akan membagi kelompok, setiap kelompok terdiri dari dua kelas, A dengan B, C dengan D, dan seterusnya, mengerti!” seru pak Suparman. Semua murid berteriak, “Ya!” “Ok kalau begitu, sebelum memulai perjalanan marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing agar kita selamat sampai tujuan, berdoa mulai,” ucap pak Suparman. Semua murid menundukkan kepala mereka sejenak. “Selesai,” sahut pak Suparman. Tetapi Hadi bernasib jelek, ia harus satu kelompok dengan Yana.

Merekapun memulai pendakian, tapi sayangnya kelompok Hadi adalah kelompok terakhir. Akhirnya tibalah bagian kelompok Hadi, ia dan yang lainnya memulai perjalanan, Hadi ingin berada dibarisan belakang saja, Yuripun ikut-ikutan jadi barisan belakang. Hadi bertanya, “Kenapa kamu pindah kebarisan belakang?” “Ah nggak, gw cuma kasian aja ama loe dari tadi sendirian aja,” jawab Yuri. “Aku ini orangnya tidak usah dikasihani, kamu pergi saja duluan, teman-teman kamu juga pastinya sudah nunggu,” balas Hadi. “Bener ya, kalu gitu gw nunggu diatas, nanti gw kenali loe ama temen-temen gw, Ok!” seru Yuri. Hadi hanya menganggukkan kepala saja. Deri langsung berlari kebarisan depan menghampiri teman-temannya. Hadipun sendiri lagi, tapi kesendiriannya itu tidak berlangsung lama, Yana datang dengan maksud yang sudah jelas ingin menjaili Hadi, Yana berkata, “Heh, anak cupu sekarang jadi anak kura-kura jalannya lambat banget nanti ketinggalan lo!” iapun langsung berlari menerobos murid-murid yang ada dihadapannya. Belum lama kemudian Hadi bertemu kembali dengan Yana tapi dengan situasi yang berbeda, Yana sudah kelelahan dan nafasnyapun tidak teratur, ia sudah berada dibarisan Hadi. Hadi berkata, “Memang orang suka rokok beda.” “Apa maksud loe!” hentak Yana, “Ah, nggak,” balas Hadi sambil tersenyum. “Ngapain loe cengengesan sendiri!” hentak Yana lagi, “Ngajak ribut loe ama gw.” “Siapa takut!” jawab Hadi, mereka melepaskan ransel yang mereka bawa. Perkelahian itupun terjadi, tetapi perkelahian mereka tidak diketahui oleh yang lainnya, pertamanya Yana melemparkan tinjuaannya kearah Hadi, tapi Hadi bisa menghindari tinjuaan Yana tersebut, Yana terus memukul Hadi tapi Hadi selalu bisa menghindarinya. Perkelahian mereka terus terjadi, Yana berkata, “Napa loe, bisanya cuma ngehindar doang.” Hadi hanya tersenyum, kemudian Yana kembali mencoba memukul Hadi, tapi sebelum pukulannya itu mengenai Hadi, Hadi sudah bergerak mendekati Yana dan membodinya sampai-sampai Yana kehilangan keseimbangan, ia terus mundur dan terjatuh kesebuah lubang, untungnya ia masih dapat memegang batu didekatnya, Hadi karena melihat peristiwa itu langsung datang dan menolong Yana, Hadi menjulurkan tangannya dan berkata, “Pegang tanganku, cepat!” Yana langsung memegang tangan Hadi, tetapi karena Hadi tidak sanggup mengangkat tubuh Yana akhirnya keduanya masuk kelubang tersebut.

Mereka berdua terjatuh kedalam lubang tersebut, mereka tergeletak ketika terbentur dasar lubang tersebut dan akhirnya Hadi terbangun penglihatannya masih remang-remang ketika penglihatannya sudah pulih, Hadi melihat kesekelilingnya ternyata lubang itu adalah pintu masuk kesebuah goa. Yanapun mulai tersadar, Hadi langsung mendekati Yana dan berkata, “Kamu gak apa-apakan?” Yana masih tidak bisa menjawab. “Kita sedang berada di sebuah gua,” lanjut Hadi, Yana langsung bertanya kepada Hadi, “Napa loe nolongin gw?” “Karena teman adalah harta yang paling berharga,” jawab Hadi. Yana terdiam sejenak, ia tersenyum dan berkata, “Tanks ya.” Hadi mengangguk dan menjulurkan tangannya membantu Yana berdiri sekarang mereka adalah teman. “Tapi sekarang bagaimana kita keluar dari sini?” tanya Yana. “Gw juga ngak tau,” jawab Hadi, “Bisa gaul juga loe?” tanya Yana, “Ya iyalah,” jawab Hadi. Mereka berdua langsung tertawa seperti lupa kalau mereka dulu saling bermusuhan. “Woy, tolong!” seru Yana, “Ngapain loe?” tanya Hadi, “Minta bantuan, memang gak boleh,” jawab Yana, “Siapa yang mau denger?” tanya Hadi lagi, “Seenggaknya, yang penting gw udah berusaha,” jawab Yana, “Daripada gitu lebih baik kalau kita cari jalan keluar,” kata Hadi. Yana mengangguk dan merekapun memulai pencarian pintu keluar.

Sementara itu teman-teman yang lainnya sudah tiba ditempat tujuan, mereka berhenti disebuah lapangan yang tidak begitu luas didekat sebuah air terjun. Kemudian pak Suparman mengabsen murid-murid, pada saat ia memanggil nama Hadi, tidak ada yang mengacungkan tangan. Kemudian pak Suparman mendekati Yuri dan berkata, “Kamu lihat Hadi gak?” “Nggak pak, memang ada apaan pak?” tanya Yuri. “SiHadi gak ada,” jawab pak Suparman. “Pak! pak! Yana gak ada!” seru seorang murid, Pak Suparman langsung mencari Yana dan memang benar Yana maupun Hadi tidak ada ditempatnya. Pak Suparman langsung ketempat guru-guru lainnya, kemudian ia mengumpulkan murid-murid dan berkata, “Sekarang kalian bersenang-senang saja, sementara itu bapak dan guru-guru lainnya mau mencari teman kalian dulu.” Yuri langsung mendekati Pak Suparman dan bekata, “Pak saya boleh bantu?” “Udah gak usah kamukan pastinya sudah cape jadi….” “Tapi pak! Hadi itu teman saya,” kata Yuri. “Memotong perkataan orang lain itu tidak boleh, tapi bapak kagum kepada kamu, kamu bisa memahami arti dari persahabatan,” kata Pak Suparman, “Jadi boleh pak!” tanya Deri, Pak Suparman hanya menganggukkan kepalanya saja, kemudian mereka mulai mencari Hadi dan Yana.

Di dalam goa Hadi dan Yana terus mencari jalan keluar, mereka terus berjalan sampai mereka berdua kelelahan, Hadi dan Yanapun beristirahat sejenak, tetapi Yana kembali berdiri dan berjalan kembali, “Mau kemana loe?” tanya Hadi, tapi Yana tidak mendengar ucapan Hadi, ia terus berjalan dan akhirnya Hadipun berdiri lagi dan mengikuti Yana, tidak lama kemudian Yana berkata, “Woy, Hadi cepat kesini!” ternyata Yana menemukan sumber air, tidak pikir panjang Hadi langsung berlari dan meminum air tersebut. Setelah selesai Hadi memperhatikan sumber air tersebut dan ia melihat ada aliran sungai, ia langsung menarik Yana dan mulai berlari, “Hey, ada apa?” tanya Yana, ia langsung menghentakkan tangannya sehingga tangannya terlepas dari genggaman Hadi. “Ternyata benar, ini aliran sungai,” kata Hadi, “Terus kenapa?” tanya Yana, “Jika ada aliran sungai berarti ada jalan keluar,” jawab Hadi. Kemudian Hadi langsung berlari dan disusul oleh Yana. Hadi terus berlari sampai akhirnya ia melihat cahaya terang, itu adalah cahaya dari luar gua dan Hadipun melihat pintu keluar dari goa tersebut, ia berlari semakin cepat dan akhirnya ia tiba juga diluar, ia sangat senang sudah berada diluar, kemudian ia teringat akan Yana yang masih ada didalam, Hadi menunggu keluarnya Yana dan akhirnya ia melihat Yana berjalan keluar, ia merasa lega, “Woy! Yana cepetan dong!” seru Hadi dengan riang gembira, “Slow aja kali,” jawab Yana. Tinggal beberapa langkah lagi Yana akan keluar tiba-tiba terjadi gempa, gempa itu membuat batu-batuan goa runtuh sedikit-demisedikit. “Yana awas!” seru Hadi, karena melihat batu diatasnya akan runtuh, dengan segera Hadi berlari menuju Yana dan mendorongnya kembali ke dalam, merekapun kembali terkurung.

Yuri, Pak Suparman dan guru-guru lainnya yang sedang mencari Hadi dan Yanapun merasakan gempa, kemudian Pak Suparman berkata, “Bapak Ibnu, maaf pak ya, Pak Ibnu dan yang lainnya lebih baik menjaga anak-anak, biar saya dan Yuri saja yang mencari mereka,” “Baik pak kalau begitu saya dan yang lainnya akan menjaga anak-anak, semoga saja Yana dan Hadi dapat ditemukan ya pak,” jawab Pak Ibnu, kemudian Pak Ibnu dan guru-guru lainnya kembali lagi ketempat murid-murid lainnya. “Yuri, ayo kita cari Hadi dan Yana lagi,” kata Pak Suparman, Yuri hanya mengangguk dan mereka kembali mencari Hadi dan Yana, tidak lama kemudian Yuri menemukan ransel Hadi dan Yana, kemudian ia menuju Pak Superman dan berkata, “Pak Suparman, saya menemukan ranselnya Hadi dan Yana,” “Dimana kamu menemukan ransel mereka?” tanya pak Suparman. “Disini pak,” jawab Yuri sambil menunjukkan letaknya. “Kalau begitu mereka tidak akan jauh dari sini,” kata Pak Suparman. Kemudian mereka kembali mencari Hadi dan Yana, tidak lama kemudian mereka menemukan lubang dimana Hadi dan Yana terjatuh, Yuri berkata, “Pak, apa mungkin mereka jatuh kesini?” “Bapak sendiri tidak tahu, tapi bisa saja,” jawab Pak Suparman, “Kalau begitu bagaimana dong pak?” tanya Yuri lagi, ia merasa putus asa sekali kalau temannya benar-benar jatuh. “Jika benar begitu, bagaimana kalau kita meminta bantuan petugas pariwisata dan warga sekitar,” sahut Pak Suparman, “Itu ide bagus pak,” jawab Yuri. Kemudian mereka pergi ketempat pemberhentian bus wisata, Pak Suparman dan Yuri menceritakan semua yang terjadi pada Hadi dan Yana, para staf maupun para warga disekitar gunung beratus itupun mau menolong pak Suparman dan Yuri untuk mencari Hadi dan Yana.

Di dalam goa Hadi dan Yana masih berfikir bagaimana lagi caranya agar mereka dapat keluar dari goa tersebut, Yana terus menyesali perbuataannya karena dia terlalu santai, jadinya ia dan Hadi harus terkurung kembali didalam gua tersebut, dan akhirnya Yana berkata, “Di, sorry ya gara-gara gw loe harus kekurung lagi disini.” tapi Hadi hanya menjawab, “Teman itu adalah harta yang tak terhingga, lagi pula bukan gw doang yang kekurung disini loe jugakan,” setelah beberapa lama beristirahat mereka memulai kembali pencarian jalan keluar karena jalan keluar tadi sudah tertutup rapat hanya ada beberapa berkas cahaya yang bisa masuk dan aliran air yang bisa keluar karena ada sedikit celah untuk aliran tersebut. Kemudian mereka kembali berjalan tapi sekarang berlawanan dengan arus, mereka kembali memasuki goa tersebut dan tiba di sumber air lagi, Hadi mencari lagi aliran sungai barangkali masih ada aliran sungai yang bisa membawa mereka keluar gua, tetapi tidak ada hanya ada satu aliran. Kemudian Hadi teringat akan HPnya, tapi ada diransel yang ia jatuhkan diatas, dan ia teringat kembali ranselnya yang ia jatuhkan di atas, “Yan, ransel kita tadi ada di ataskan?” tanya Hadi, “Ia, ada diatas, makanan gw juga ada disitu lagi,” jawab Yana, “Terus kenapa?” tanya Yana balik, “Mungkin Yuri atau yang lainnya menemukannya dan mereka tahu kalau kita ada disini,” jawab Hadi. ”Cie yang difikirin cuma Yuri doang ada apa nih?” ejek Yana, ”Ya elah Yana-yana kan temen gw baru dia sama loe doank, terus yang ada di luar Cuma Yuri,” jawab Hadi, ”Tapi loe suka kan sama Yuri?” tanya Yana, ”Hm... gimana ya ... udah deh jangan ngebahas itu dulu sekarang gimana kita bisa keluar dari sini.” jawab Hadi, “Iya-iya, tapi masalahnya kita ada dibarisan belakang, kelompok belakang pula, siapa yang mau nemuin,” lanjut Yana, “Loe bikin putus asa gw aja,” terus Hadi lalu ia duduk sambil bersandar ke tembok goa, “Sorry deh, gitu aja kok marah,” lanjut Yana lagi. “Ayo kita cari jalan keluar.” Sekarang terbalik Yana yang menjulurkan tangannya untuk membantu Hadi berdiri, Hadipun menerima dengan baik uluran tangan Yana, kemudian mereka memulai lagi pencarian jalan keluar.

Sementara itu Pak Suparman dan Yuri yang dibantua oleh warga setempat dan petugas pariwisata sedang membicarakan tentang goa yang berada digunung tersebut, para warga sekitar mengetahui goa itu karena dulunya goa itu adalah tempat pertambangan emas yang biasa disebut dengan goa harta karun, kemudian Pak Suparman dan Yuri diantar oleh para warga ke goa tersebut. Bapak Ujang sebagai kepala desa wilayah gunung beratus juga ikut berpartisipasi dan orangtua Hadi dan Yana datang karena sebelumnya telah ditelepon oleh Yuri. Mereka sedang menuju ke pintu masuk goa tersebut, dan akhirnya mereka tiba dimulut goa itu, lalu Pak Suparman berkata, “Bapak dan ibu orang tua Hadi maupun Yana mohon tunggu sebentar disini biarkan kami saja yang mencari mereka.” “Ia pak,” jawab Ibu Yana sambil menanggis dan ayahnya mengatakan, “Sabar bu.” “Pak Kades juga lebih baik menunggu disini saja,” kata Pak Suparman, akhirnya mereka memulai pencarian didalam goa.

Hadi dan Yana juga mencari jalan keluar dari goa tersebut, mereka terus mencari dan mencari sampai mereka mendengar suara seseorang memanggil nama mereka, Hadipun berkata, “Hey, Yana loe denger gak kayaknya ada yang manggilin kita deh,” “Yang bener?” tanya Yana, “Itu dengerin,” jawab Hadi, “Oh ya, ada yang manggil-manggil, suaranya kayak Pak Suparman dan…” terus Yana, “Yuri, itu suara Yuri dan banyak suara-suara orang lain,” sambung Hadi, kemudian mereka membalasnya. Yuri yang ada disisi lain mendengar teriakan Hadi dan Yana, iapun berkata, “Pak itu suaranya Hadi sama Yana,” “Betul, itu pasti suara mereka,” seru Pak Suparman. “Cepat kita harus menemui mereka.” Hadipun berkata sama dengan apa yang dikatakan oleh Pak Suparman kepada Yana, kemudian mereka mengikuti arah dari suara Pak Suparman dan Hadi, tetapi Yana tersandung sesuatu ternyata itu adalah sebongkah emas, bongkahan itu akan jatuh kedalam lubang lagi yang tidak diketahui berapa kedalamannya, Hadi berkata, “Cepat Yana loe nunggu apa lagi!” Yanapun mengambil keputusan untuk tidak mengambil bongkahan emas itu dan kembali berlari dan akhirnya mereka bertemu dengan Pak Suparman dan Yuri. Deripun berkata, “Masih hidup loe!” “Loe ngedoain gw mati,” jawab Hadi, “Wes, nak cupu sekarang jadi nak gaul,” terus Yuri. “Cepat keluar orang tua kalian sudah menunggu,” sahut Pak Suparman. Merekapun keluar dengan rasa bahagia dan rasa syukur kepada Yang Maha Agung.

Diluar Yana langsung memeluk ibunya, Hadi juga bertemu dengan orang tuanya, ayah Hadi berkata, “Dasar anak papa memang menyusahkan.” “Ngapain kalian kesini!” tanya Hadi sambil tersenyum, tapi akhirnya Hadipun memeluk kedua orang tuanya itu. Kemudian kelompok kelas 8 datang dari liburan mereka, dan mereka langsung bekumpul bersama. Hadi mendekati Yana dan berkata, “Petualangan kita mungkin lebih asyik dari pada yang lain.” Yana hanya mengangguk dan ia memandangi goa dimana ia dan Hadi terkurung. “Satu hal yang harus kalian tahu, goa ini adalah goa bekas tempat penambangan emas dan disebut dengan goa Harta Karun,” sambung Yuri yang baru datang dan bergabung dengan Hadi dan Yana, “Goa harta karun! memang di goa ini terdapat harta karun yang lebih dari sekedar emas, itu yang gw dapat terima dari goa ini, mungkin didapatkan pula oleh Hadi,” terus Yana sambil menengok kearah Hadi, Hadipun tersenyum, mereka kembali memandanggi goa tersebut, tidak lama kemudian Yuri berkata, “Mau sampai kapan kalian ngeliatin goa itu, cepat yang lain sudah turun.” Hadi berbalik dan mulai melangkah tapi Yana masih belum melangkah juga, Hadi menepuk bahu Yana dan berkata, “Ayo cepat kita turun.” “Hm, Ok,” jawab Yana, tapi Yana masih memikirkan bongkahan emas yang ia temukan didalam goa, “Sampai mana ya emas itu jatuh?” “Ada apaan Yan?” tanya Hadi, “Ah nggak, yuk kita susul mereka!” seru Yana, kemudian mereka turun dan bersatu didalam kelompok kembali.

Ditempat pemberhentian bus wisata Hadi dan Yana diminta agar pulang bersama dengan orangtua mereka, tapi baik Hadi maupun Yana tidak ingin pulang bersama orangtua mereka, mereka ingin pulang bersama kelompok mereka kembali dan orang tua mereka mengizinkannya. Pada saat Hadi mau menaikki bus ia didorong lagi oleh Yana sampai terjatuh, “Nak cupu gak pernah berubah,” kata Yana sambil menjulurkan tangannya, Hadipun bangun dengan uluran tangan Yana, ketika didalam bus Hadi diledek lagi dengan sebutan “Nak cupu” Yana berkata, “Awas! nak cupu mau lewat! Kasih tepuk tangan dong!” semuanya bertepuk tangan. Ditengah perjalananpun keadaan bus masih gaduh tapi dengan keadaan yang berbeda, mereka saling bercengkrama dan tidak saling menjelekan.



Udahan