play it

Senin, 13 Juli 2009

perkenalan

Kisah ini dimulai di sebuah desa di kaki gunung kota Bandung. Cerita tentang bocah-bocah kelas 6 SD yang sering bermain di sebuah pohon, mereka adalah Ardi, Ipan, Iyang, Asep, Ujang, Dimas, dan Aji. Ardi dialah yang sekarang menjadi ketua, tubuhnya sama dengan yang lainnya kecuali Dimas dia tinggi dan Iyang dia sedikit pendek, dengan rambut belah pinggir rapid an sebagian helai rambutnya menggores dahi sehingga Asep, Ujang, dan Aji ingin memiliki rambut seperti itu matanya tajam apalagi saat ia melihjat fokus terhadap sesuatu dari atas pohon, seakan ia berkata, “Inilah aku Ardi yang akan menguasai negeri ini.” Kulitnya yang berwarna menambah ketampanan bocah kecil itu.

Ipan, seorang anak lelaki dari petani yang hampir memiliki tanah dimana-mana, wajahnya selalu berseri dan ia tidak pernah sombong dengan apa yang ayahnya miliki, setiap ayahnya memberikan makanan, ia selalu membaginya dengan yang lain, itulah sikap segerombol anak kecil ini, selalu membagi apa yang mereka dapat. Rambutnya begitu lurus dan halus, mungkin bila ia memakai baju perempuan ia akan lebih mirip perempuan, dan rambutnya selalu panjang oleh karena itu dia sering dipanggil gondrong oleh teman-temannya.

Iyang, bocah yang satu ini walaupun pendek ia yang paling gesit dai semua, tubuhnya lihai sekali dan ia tertarik akan benda-benda bergerak, ia tidak pernah tahan untuk tidak mengambil benda tersebut apalagi bila benda itu mengarah padanya, tangannya akan segera reflex mengambil barang tersebut seperti halnya anak SD lain wajahnya masi berseri, bentuk kepalanya bulat terkadang membuat gemas warga dan rambutnya yang bergelombang itu menarik perhatian orang.

Asep, anak yang hitam manis, selalu tersenyum dan tidak mudah marah, ia selalu bisa mengkontrol situasi dirinya bahkan teman-temannya ketika sedang ada dalam masalah. Asep memiliki gerakan yang unik yaitu bila mungkin terdiam ia meniup-niupkan jari kanannya dengan cepat rambutnya hitam dan matanya coklat seperti warna kulitnya.

Ujang, mereka sering memanggilnya Jajang, mungkin karena kebanyakan orang memanggil "Jang,Jang" jadi mereka memanggilnya begitu, kulitnya putih wajah seperti ke turki-turkian dengan hidung yang mancung, ia cucu dari salah satu imam besar di mesjid dekat rumahnya dan ayahnya adalah guru ngaji tersohor hingga kota Bandung.

Dimas, tubuhnya tinggi lebih dari anak-anak lain mungkin bila mereka menoleh kearahnya kepala mereka hanya sampai lehernya saja, ia anak yang pintar tetapi orangtuanya agak memaksa ia untuk belajar sehingga ia sedikit sulit untuk diajak bermain bersama.

Aji, ia anak dari seorang pekerja swasta yang biasanya berpindah-pindah dan seorang guru private untuk anak-anak yang duduk di sekolah dasar karena ia tidak mungkin menetap pada satu sekolah sedangkan dalam 5-7 tahun mereka harus berpindah. Aji itu anak yang pendiam mungkin terlalu diam dan tidak bisa memanjat pohon sehingga ia menjadi ketua terakhir di grupnya dari 6 anak lain, ia tidak mudah putus asa dan satu kekurangannya tadi yaitu dia tidak bisa memanjat pohon. itu kekurangan yang amat sangat karena basecamp mereka adalah pohon dan ketua berada di paling atas pohon tersebut lalu di bawahnya ketua dua begitu seterusnya sampai ketua akhir. Uniknya mereka melakukan pergantian ketua satu bulan sekali. Pohon itu terletak di tengah-tengah lapangan luas dan terdapat gubug tua tidak jauh dari situ dan seorang kakek-kakek tinggal disana, ia tidak terlalu ramah, bahkan sampai mengusir bila anak-anak bermain di pohon tersebut. Aji kulitnya sawo matang, rambutnya tebal seperti bantal kapuk yang baru dijemur dan selalu acak-acakan, ia ingin memiliki rambut seperti Ardi yang lurus dan tertata rapi tetapi selalu tidak bisa.

Mereka semua tinggal bertetangga tidak terlalu dekat memang, mungkin 50-100 meter dari satu rumah ke rumah lain dan mereka belajar bersama di satu sekolah yaitu SDN 1 Ciampar. Disana memang tidak penuh, setiap grade hanya terdapat satu kelas dan satu kelas itu hanya 15-20 siswa yang ada. Dan di kelas mereka, kelas 6 terdapat 18 murid dengan siswa 8 orang dan siswi 10 orang, dan yang selalu rangking pertama adalah Nia, anak perempuan satu-satunya dari keluarga seorang pedagang sayur dengan rambut yang panjang bergelombang sampai pundak, muka berseri, mata yang indah dan senyumnya yang menawan membuat Aji kagum saat itu, sebenarnya teman-teman Aji mengetahui hal tersebut tetapi mereka diam, mereka ingin tahu apa yang dilakukan Aji untuk mendapatkan hati Nia.

Wali kelas mereka Bu Tuti, seorang guru yang tegas, selalu memakai kerudung saat mengajar dan membawa penggaris kayu 100 cm ketika menerangkan, tetapi ia adalah guru yang sangat baik, ia mengajarkan semua mata pelajaran kecuali olahraga.