play it

Rabu, 18 Januari 2012

bagian 7 - saya dosen disini(last)

Kesokan harinya setelah usai UAS metodologi penelitian, para mahasiswa kelas fisika dasar memasuki ruang presentasi, kelompok Aji yang mendapat urutan ke-5 sebenarnya sudah tidak mau masuk kelas karena tahu kalau kelompoknya tidak akan mendapatkan giliran tampil. Hanya saja Aji dan kawan-kawan lainnya merasa tidak enak jika tidak datang di presentasi kali itu.
"Hey, ssst diam dulu, tadi ada sms dari pak Hartono, gimana kalau kita presentasi di FisLan." Ketika Thomas si ketua tadi akan berbicara suasana kelas memang sedang gaduh karena para mahasiswa sedang asik mengobrol dan ada yang sedang menonton DVD di laptop yang dia bawa. Pak Hartono adalah nama sang dosen yang mengajar fisika dasar di kelas Aji. FisLan adalah singkatan dari Fisika Lantai Tiga gedung departemen fisika, dimana terdapat ruangan kecil tempat presentasi kelas khusus.
"Sempit disana sumpah, udah disini aja!" seru Ahmad.
"Ya sudah, gua sms bapaknya supaya ngelajutin disini."
10 menit kemudian sang dosen pun muncul dengan gaya khasnya. Tanpa basa-basi dia mempersilahkan kelompok selanjutnya untuk mempresentasikan tugas akhir semester mereka.
Terdapat perbedaan antara kelompok tiga dan kelompok empat, dimana kelompok tiga seperti yang tidak siap dan materinya melenceng dengan pelajaran fisika dasar.
"Ini materi elektornika, kalian belum belajarkan? coba-coba kalau rangkaian itu di ubah menjadi rangkaian sederhana, hanya ada resistor, lammpu dan sumber tegangan saja cukup."
Kelompok tiga saat itu mempresentasikan tentang lampu jalan, dimana lampu jalan akan mati dan hidup secara otomatis karena adanya sensor cahaya. Setelah sang dosen meminta untuk mengubah rangkaian tersebut, tentu saja presentan tidak bisa melakukannya karena gugup dan takut. Setelah kompakan dan saling membantu akhirnya rangkaian sederhana pun digambarnya di papan tulis.
"Oke, sekarang saya tanya apa itu resistor, denger yang lain juga karena ini masuk materi UAS!" ucap sang dosen.
Ketika sang dosen memerintahkan mahasiswa yang lain untuk menyimak ada salah satu dari mahasiswa presentan bilang.
"Lupa pak."
"Beuh, mati dah dia, di bantai tuh orang," kata Krisna ke Aji yang duduk di sebelahnya.
"Ayo, sebutkan apa itu resistor?" tanya sang dosen lagi.
"Ga, ga denger dia, selamatlah," kata Aji balik ke Krisna.
Setelah menjawab ini dan itu akhirnya giliran kelompok empat mempresentasikan tentang kereta maglev, yaitu sejenis kereta melayang dan bergerak akibat adanya gaya-gaya antara kutub magnet.
Presentasi berjalan begitu tertata, rapi dan segala detail mereka jelaskan. Kelompok itu diketuai oleh Thomas si ketua kelas.
"Oke, bagus, bapak tidak punya komentar buat kelompok ini, beri applause."
Adzan magrib telah berkumandang, sang dosen menghentikan presentasi bukan karena sudah malam tetapi karena dia harus mengurus presentasi mahasiswa semester atas di FisLan. Akhirnya presentasi itu di hentikan di kelompok empat satu kelompok di depan kelompok Aji.
Sebelumnya sang dosen berkata bahwa presentasi akan dilanjutkan besok pagi jam 9, tetapi beberapa mahasiswa menolak karena adanya asistensi. Setelah diperdebatkan dan ditanya ke asisten dosen melalui ponsel ternyata asistensi dibatalkan dan presentasi di lanjutkan besok, kamis 5 januari 2012.

***

Pukul 7.00 Aji sudah berada di stasiun menanti datangnya kereta yang akan mengantarnya sampai ke kampus. Kereta yang datang saat itu kereta ekonomi, dengan masuk berdesak-desakan Aji mendapatkan tempat di pinggir pintu kereta yang selalu terbuka. Distasiun berikutnya Aji terdorong karena penumpang lain yang masuk dengan paksa. Karenanya saat akan turun Aji harus berusaha keras untuk mencapai pintu kereta, tetapi Aji tetap dapat turun di stasiun yang dia tuju.
Keadaan kampus saat itu masih sepi, Aji tidak melihat teman-teman satu kelasnya. Saat mencapai kelas Aji melihat dari jendela kalau kelas itu sedang dipakai oleh mahasiswa lainnya, sehingga Aji berjalan ke musola untuk beristirahat dan solat duha sambil menunggu teman-temannya. Baru wudhu (membasuh muka) ponsel yang berada di saku kanan celana Aji bergetar, karena tidak kunjung berhenti Aji pun membatalkan wudhunya untuk menanggkat pangilan dari Liana.
"Ji."
"Ya, li ada apa?"
"Lu udah jalan ya?, ih gua gimana ngomongnya."
"Kenapa emang?"
"Lu udah ada di kampus lagi, anak-anak udah pada datang belum?"
"Iya, gue udah di kampus, belum ada, kenapa emangnya?"
"Gini, tadi kan gua sms pak Hartono, ngepastiin sekarang jadi egk presentasi jam 9, terus apa coba katanya? dia bilang maksudnya besok tuh hari jumat bukan sekarang."
Seperti yang mendapat durian jatuh tepat di kepala, Aji merasa marah dengan dosen yang agak semena-mena tersebut.
"Lu kan kelompok yang bakal maju, coba tanya temen-temen lu mau sekarang apa besok aja, kalau besok jadinya jam 11 setelah uas mekanika, kalau sekarang bapaknya usahain dateng sekitar jam setengah sepuluh, gimana?"
"Ya kalau anak-anak pasti pengennya besok lah Li, sekarang juga kan buat belajar uas besok."
"Hmm gitu ya, ya udah deh, gua bilangin bapaknya besok aja ya."
"Sip."
Setelah menenangkan diri Aji pun kembali berwudhu dan solat duha, setelah itu dia pulang. Tidak sampai satu jam dia di kampus yang jarak tempuhnya satu setengah jam dari rumah Aji.

***

Jumat, ini adalah hari yang dimaksud oleh sang dosen. Setelah lelah letihnya mengerjakan soal uas mekanika Aji menuju ke ruang kelas fisika dasar untuk melakukan presentasinya, karena sangat yakin kalau sekarang adalah bagian kelompoknya untuk presentasi.
Dosen itu datang, mengucapkan maaf karena kesalah pahaman kemarin lusa, lalu mempersilahkan kelompok lima untuk presentasi.
Baru slide pertama Aji dan kawan-kawan tampilkan, sang dosen langsung mengomentari.
"Kalau kalian ingin membahas tentang dinamo mini 4 wd, seharunya awalnya itu apa itu dinamo, bagaimana dan apa saja elemen-elemennya, prinsip awal dari dinamo ini apa, yaitu motor listrik. Ya sudah untuk mempersingkat waktu ini saja teruskan."
Padahal slide pertama yang di tunjukan kelompok Aji adalah perkenalan apa itu dinamo mini 4 wd, seperti apa yang dikatakan dosen tadi, tetapi kelompok Aji memuat seluruhnya dalam satu slide pertama tanpa basa-basi apa-apa.
Presentasi berjalan lancar sampai-sampai harus menggambarkan cara kerja di papan tulis untuk menjelaskan gambar-gambar yang ditampilkan dalam presentasi.
Setelah selesai sangdosen langsung memotong saat Aji membuka sesi tanya jawab.
"Ya, karena sudah akan solat jumat, kita akhiri saja, untuk kalian benahi saja presentasinya."
"Kita lanjut presentasi setelah solat jumat ya, saya sudah membatalkan agenda setelah solat jumat untuk presentasi ini, agar kelar." lanjutnya.
Kelas pun di bubarkan.
"Enak lu ji, ga di cecer sama pak Hartono," ucap Said, salah satu mahasiswa yang presentasinya dipertanyakan atau kata gaulnya dibantai oleh sang dosen.
"Haha, karena presentasi kita tuh bagus, cuma aja tata letaknya kurang," jawab Ahmad.
"Ah, itu mah gara-gara kepepet aja sama solat jumat," kata Almas sambil melangkahkan kakinya keluar kelas.

***

Setelah solat jumat presentasi dilanjutkan kembali, tetapi Aji sudah tidak tegang karena kelompoknya sudah mempresentasikan tugas akhir semester tersebut. Kelompok enam, dan tujuh berjalan lancar tetapi tidak selancar kelompok empat yaitu kelompok si ketua kelas. Saat sesi tanya jawab tiga mahasiswa dari kelompok sembilan mengacungkan tangan. Sang dosen mempersilahkan Asep untuk mengajukan pertanyaannya, setelah dijawab dengan cukup baik sang dosen menunjuk ke mahasiswa sebelah Asep yaitu Fika.
"Ya, nama sama kelompok berapa?" tanya sang dosen.
"Fika pak, kelompok sembilan."
"Tunggu dulu, sesuai perjanjian penyanggah hanya satu dari setiap kelompok."
"Tetapi pak?" Fika tidak bisa menyanggah apa yang di katakan sang dosen.
"Ya, disampingnya itu mas siapa?"
"Lutfi pak kelompok sembilan juga."
"Aduh sudah tidak bisa mas."
Pertanyaan yang direncanakan untuk membangun itu pun hilang. Fika dan Lutfi tidak tahu akan perjanjian yang sang dosen bicarakan karena mereka dan asep tidak masuk saat hari pertama presentasi dimana sang dosen mengajukan perjanjian untuk kelompok penyanggah.
Setelah kelompok terakhir presentasi sang dosen menutup kelas dengan berkata.
"Terimakasih kalian telah datang di presentasi-presentasi ini, kita uas sesuai webnya ya."
Dosen itu pun pergi.

Rabu, 11 Januari 2012

bagian 6 - saya dosen disini(4)

Selasa pagi, seperti yang dijanjikan oleh sang dosen akan meneruskan presentasi pada hari itu. "Jika presentasi dari pagi berarti ada cukup waktu buat kelompok gua tampil." Kelompok yang sudah tampil berjumlah dua kelompok dari sembilan yang ada, dan Aji berada di kelompok lima. Itulah apa yang dipikirkan Aji selama perjalanan pulang.
"Assalamualiakum," ucap Aji ketika membuka pintu samping rumahnya. Ia melihat sesosok pria berkulit kecokelatan dan berperut agak buncit. Pria itu tengah menghisap rokok dan menatap layar televisi yang sedang menyiarkan berita-berita terkini pada salah satu program televisi swasta. Dia melihat Aji, menjawab salamnya dan kembali menonton televisi. Aji mendekati pria tersebut dan menjulurkan tangannya. Pria itu merospon hangat uluran tangan Aji, lalu Aji menempelkan tangan yang sedang menggengam tangan pria tersebut ke keningnya. Pria itu adalah Ayah Aji, seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang bekerja di bawah naungan Kementrian Hukum dan HAM (Hak Asasi Manusia). Salah satu mengapa Aji berangkat pulang-pergi kuliah adalah karena ayahnya khawatir jika Aji tinggal kost akan terpengaruh hal-hal yang negatif. Pemikiran seperti itu timbul karena sehari-hari dia bertatap muka dengan para narapidana dan spesialisasinya mengenai masalah yang di lakukan anak (berusia dibawah 18 tahun), sehingga setiap dia melihat kasus, dia selalu teringat akan Aji.
Ibu dan kakaknya sedang tidak ada, mereka pergi ke rumah saudara yang jaraknya 10 menit dengan memakai sepeda motor.
Kemudian Aji melangkah menuju kamarnya, menyimpan tas, dan bersiap untuk mengganti pakaian. Sesaat akan membuka kancing kemejanya, Aji melihat kalender yang masih menampilkan kalender tahun 2011.
"Huh, selasa depan tuh udah tahun baru."
Kemudian Aji menyalakan ponselnya dan melihat kalender untuk tahun berikutnya. Ternyata selasa depan itu tanggal 3 januari 2012, kemudian Aji melihat sesuatu yang berbeda pada tanggal tersebut, setelah di telusur ternyata terdapat peringatan bahwa tanggal 3 merupakan uas mata kuliah matematika dasar - kalkulus.
"Brak!!" Aji menjatuhkan diri ke kasurnya.
"Kenapa gua lupa ya, gila presentasi dan ujian."

***

Selasa tanggal 3 januari 2012. Karena janjinya sang dosen, Aji berangkat pukul 6.00 dari rumahnya agar tidak terlambat. Perjalanan kereta yang sangat berdesak-desakan menyebabkan badan Aji sedikit berkeringat. Dengan beristirahat sejenak dan membeli minuman di stasiun tujuan rasa letih dan sedikit kesal dalam perjalanan kereta pun menghilang. Sesampainya di kampus ternyata belum pukul 8.00 masih tersisa waktu 13 menit. Belum terlihat teman-teman satu kelas di lingkungan kampusnya. Aji terus berlajan sampai lorong dekat gedung dimana akan dilaksanakan presentasi berikutnya. Ternyata di kursi kayu duduklah dua orang wanita berkerudung sedang berbincang-bincang satu sama lain, dan salah satu diantara mereka memegang buku kalkulus. Mereka adalah Agita dan Yanti. Yanti merupakan rekan satu kelompoknya, dan yang memegang buku kalkulus itu Agita, dia adalah salah satu perempuan yang jadi inceran anak-anak angkatan 2009.
"Eh Aji," sapa Yanti.
"Hai, belum masuk?"
"Belum ada orang Ji di kelas," jawab Agita.
Kemudian Aji ikut duduk-duduk disana sambil membaca catatan kalkulusnya. Setelah sekitar tujuh menit berlangsung, mereka bertiga berjalan menuju kelas. Ternyata memang kelas masih kosong.
"Udah tinggal dua menit juga ya, belum pada dateng, kebiasaan nih," gumam Agita kesal.
"Ya paling bapaknya telat, terus ngapain dateng pagi-pagi, kemungkinan itu yang ada di pikirannya," balas Aji.
Agita menyimpan tasnya di sebelah Yanti yang sudah duduk manis di barisan depan, kemudian pergi keluar. Sementara Aji melangkahkan kakinya lebih jauh lagi menuju kursi belakang, dia duduk di kursi kayu yang menurut dia lumayan nyaman. Karena merasa akan menunggu lama, Aji mengeluarkan handsfree untuk mendengarkan beberapa lagu dari ponselnya. Namun, Baru saja membenarkan kabel yang terbelit sang dosen pun masuk kelas. Aji yang sedang duduk santai langsung merapikan posisi duduknya. Aji melihat jam tangannya, "waw, delapan tepat" batinnya.
"Pada kemana ini?"
"Belum dateng pak," jawab Yanti spontan. Kemudian Agita masuk kelas, dan menyiptakan wajah terkejut.
"Hubungi teman kalian, nanti bapak balik lagi."
"Eh ji, smsin yang lain!" seru Agita.
"Iya, ini juga lagi." Ketika Agita berkata demikian Aji sudah sedang mengtik beberapa huruf untuk teman-temannya yang berisi bahwa dosennya udah masuk.
"Gua sms siapa nih?" tanya Yanti panik.
"Mulya aja, diakan ketua angkatan."
15 menit setelah kejadian tersebut satu persatu mahasiswa bermunculan, 3 menit berikutnya sang dosen pun kembali.
"Udah semua ini?"
"Belum pak," seraya setiap mulut berbicara.
"Ya sudah, kita tunggu saja dulu."
Waktu telah menunjukan pukul 8.30 dan keadaan kelas pun sudah cukup ramai, dosen itu memulai pembicaraan.
"Kalian, sudah di janjikan jam delapan, malah cuma tiga orang saja tadi yang ada di kelas. Ya sudah, sekarang kita membahas tentang persamaan gelombang dan mengevaluasi pembelajaran kita selama ini. Karena saat sidang kemarin banyak dosen yang menanyakan tentang pelajarn dasar seperti ini, saya juga bingung kenapa mereka banyak yang bertanya. Dan mahasiswanya juga tidak bisa menjawab, maka dari itu saya akan mengevaluasi apa yang sudah kita pelajari. Saya hanya ada waktu sampai 9.30 dan sekarang kita sudah membuang waktu setengah jam. Ya sudah kita mulai saja."

Aji dan yang lainnya tidak menyanggah apa yang dipaparkan panjang lebar oleh sang dosen, dan pembelajaran pun dimulai. Dia benar-benar mengulang dari bab-bab sebelum UTS sampai bab terakhir yang dipelajari.
"Wah tidak terasa sudah jam sepuluh, saya keasikan ini membahas, ya acara saya tadi bisa lah di mundurkan sedikit, sekarang kita akhiri kuliah hari ini, untuk presentasi siang bisa?"
"Ada uas pak," kata Thomas si ketua kelas.
"Kalau begitu setelah uas, selesai jam berapa?"
"Sekitar jam tiga pak."
"Ya sudah, kita mulai presentasi jam empat, bagaimana?"
"Oke pak." jawab semua mahasiswa di kelas tersebut.

UAS pun selesai diselenggarakan, masih ada satu jam menuju presentasi. Aji dan teman kelompoknya berkumpul kembali di landas, mempersiapkan diri untuk presentasi. Waktu sudah menunjukan pukul 16.00, tapi tidak ada mahasiswa yang bergerak menuju ruang kelas, karena adanya kabar bahwa presentasi diundur menjadi jam setengah lima sore. 10 menit berikutnya ponsel Aji bergetar, dan ternyata ada sms dari si ketua kelas yang isinya bahwa presentasi hari ini ditiadakan, diganti hari besok setelah uas, sekitar pukul 16.00 WIB.

Risk 'n Sacrifice

Sinopsis
Hari ini sabtu 13 November 2010, Aku (Ryu satio) sedang berjalan untuk mencapai gedung baru untuk merayakan hari ulang tahun temanku Rina (Karina Chika Sulistiawati), saat berjalan aku bertemu dengan Hardi (Hardi Pusaka), Alex (Alexa Dichoti), dan Danny (Dede Ramdhani) yang selalu mengunakan sepeda pemberian almarhum ayahnya. Sesampainya digedung tersebut ternyata Rina dan Elisa (Lisa Madani) telah menunggu kami. Sebelum memasuki gedung Danny ingin menyimpan sepedanya di tempat parkir bawah tanah. Namun, Danny menemukan ruangan yang misterius.

Dengan kesepakatan bersama kami pun memasuki ruangan tersebut. Ruangan itu sangat gelap, dan diujung ruangan itu terdapat pintu yang besar dengan 6 bola api yang menyala dari 8 bola di atasnya. Setelah 8 bola api menyala semua pintu itu pun terbuka. Di dalamnya adalah sebuah ruangan yang sangat besar, dan terdapat jurang dalam yang indah dimana di setiap tepi jurang di batasi oleh kawat-kawat dan ada jalan kerangkeng untuk melintasi jurang tersebut. Kami pun memutuskan untuk kembali, namun ada seorang nenek-nenek yang menghalangi, dan mengajak kami ke gubuknya. Tak lama kemudian pintu itu pun tertutup. Nenek itu memberi tahu jalan keluar yang lain, dan memberi kami sebuah layar lipat. Benda itu seperti laptop dan diantara kami hanya Alex yang dapat menggunakannya. Kami berjalan di jalan kerangkeng, kemudian berpapasan dengan kabut putih yang sangat tebal. Aku dan teman-temanku berusaha menembusnya, tetapi setelah berada di ujung kabut aku berada di sebuah pesawahan yang tidak asing bagiku dan tidak ada teman-temanku disini. Aku berjalan kesebuah lumbung yang ternyata itu adalah lu,bung kakekku. Setelah berada di dalam, kemudian dibelakangku ada orang yang memeriksa lumbung tersebut kemudian pergi. Dia pergi menuju seorang wanita yang menunggunya. Aku pun mengikuti dia, dan ternyata mereka adalah kedua orang tuaku.

Tetapi semua itu hanyalah ilusi, kemudian aku terbangun. Saat ku buka mataku, aku sedang berada di dekat air terjun. Tidak lama setelah itu, aku melihat Danny yang berjalan sempoyongan dengan mata tertutup menuju ke lubang pada kerangkeng. Aku mencoba membangunkannya tapi dia malah marah kepadaku, perkelahian pun terjadi antara kami, setelah perkelahian itu Danny sadar dan ternyata dia pun berhalusinasi sepertiku. Kemudian kami mencari teman-temanku yang lain. Akhirnya kami berkumpul, hanya Rina yang belum kami temui. Ternyata Rina berjalan menuju ke cahaya kuning yang berada di tengah-tengah jurang ini. Cahaya itu sangat berbahaya karena setiap benda yang mencapainya akan perlahan menghilang, dan cahaya itu menciptakan tipu daya ketika sesuatu menyentuhnya. Kami pun terkena tipu dayanya, tetapi setelah berusaha untuk menyangkal tipu daya itu kami pun sadar dan melanjutkan perjalanan.

Kami berhasil mencapai ujung lain jurang ini, tetapi ada percabangan. Kami memutuskan untuk mengambil yang kanan dan akhirnya kami keluar dari ruangan tersebut walaupun tempatnya asing bagi kami. Kami memutuskan untuk kembali ke tempat tadi dan menjelajahi lorong sebelah kiri. Setelah berada di lorong kiri sepertinya Elisa menemukan sesuatu yang menakutkan sehingga ia lari dan mencoba keluar kembali, tetapi pintu keluar tertutup batu. Hardi membantu dengan mendorongnya, tetapi ternyata di luar sana ada monster seerti macan yang menculik Elisa. Kami pun lari dan bertemu dengan Eric (Ericluod Daniel Eriansyah) dan adiknya Tori (Tori Daniel Glacial) yang merupakan anak dari pemilik gedung ini. Kami mencoba kembali ke gubuk nenek dan meminta penjelasan terhadap semua ini. Di tengah perjalanan kami berpapasan lagi dengan kabut putih yang ternyata bergerak mengejar kami. Setelah berhasil kabur kami pun kembali ke gubuk nenek tersebut. Akan tetapi, gubuk itu menjadi sangat berantakan.

Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melalui lorong kiri dan mengambil beberapa perlengkapan dari gubuk nenek itu. di luar gubuk nenek itu ternyata ada sebuah lubang pada kawat pembatas. Dan lubang tersebut di buat oleh burung purba pterodactyl. Terdapat 3 ekor di jurang ini dan yang pertama telah ditembak langsung oleh Eric dengan crossbow yang dia bawa dari buguk nenek itu. Kami pun berlari menjauhi, tetapi kedua pterodactyl itu mengejar kami. Kami berpencar untuk membingungkan mereka, namun burung itu mengejar aku dan Rina. Dia menabrak-nabrakan badannya ke kerangkeng dan membuatku terbentur dan pingsan. Dalam pingsanku aku sedang berada di sebuah dunia dimana tidak ada Rina di dalamnya. Tidak lama kemudian aku terbangun lagi dan melihat Rina juga pingsan. Aku kembali kabur dan memangku Rina. Aku bertemu dengan Alex dan Danny, kemudian kami menyusun rencana supaya burung itu terhempas oleh air terjun. Dan rencana kami berhasil. Sementara itu aku melihat di tempat lain, mereka menembus kabut putih tetapi tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Kami pun berkumpul kembali dan menyusun rencana untuk menjebak burung purba itu masuk ke cahaya kuning. Jebakan kami pun berhasil lagi dan pterodactyl tersebut menghilang ditelan indahnya cahaya kuning.

Kami meneruskan perjalanan, namun di ujung jalan kerangkeng kami bertemu dengan burung purba yang sempat di tembak oleh Eric, ternyata dia belum mati. Kami kembali berlari. Burung itu mengejar kami, kami menyusun rencana untuk membunuhnya tetapi Rina tidak menyetujui rencana tersebut. Akhirnya kami pergi mengendap-endap, namun di lorong yang sempit burung itu menyerang dan melukai Tori. Danny yang emosinya naik menancapkan tombak yang dia bawa ke kepala burung yang terjepit hingga mati. Setelah berjalan kembali, akhirnya kami menemukan pintu besar yang mirip dengan pintu saat awal memasuki ruangan ini. Tetapi, pintu itu terkunci dan kuncinya berada di atas jalan kerangkeng yang kami lalui sebelumya. Terdapat lubang yang memberikan jalan menuju atap kerangkeng itu, dan Hardilah yang mengambil kunci tersebut. Setelah kunci itu berhasil dia dapatkan ternyata masih ada satu ekor burung purba yang masih hidup, yaitu burung yang terhempas oleh air terjun dan dia membawa Hardi menuju jurang yang sangat gelap. Sebelumnya Hardi sempat memberikan kuncinya kepadaku ketika aku mencoba untuk menolongnya. Dengan kesal aku menaruh kunci tersebut pada pintu dan pintu itupun terbuka. Tetapi, bukan jalan keluarlah yang berada di belakang pintu tersebut. Pintu itu menghubungkan kami ke ruangan yang lain.

ini linknya kalau ingin baca
http://www.4shared.com/office/VL-YDWT3/RS1.html

bagian 5 - saya dosen disini(3)

Jumat yang agak begitu menyebalkan pun akhirnya berganti, "Sabtu, weekend, tidur seharian enak nih, daripada ngebayangin presentasi yang enggak jadi-jadi," gumam Aji. Walaupun Aji sudah bangun pagi hari, dia melajutkan tidurnya sampai pukul 10.00. Kedua orangtuanya tidak membangunkan Aji, untuk sarapan atau pun olahraga pagi. Mereka tahu kalau Aji pasti kelelahan karena untuk pergi kuliah dia harus pergi-pulang menggunakan kendaraan umum.
Saat Aji terbangun ternyata ada beberapa misscall yang terpampang di layar ponselnya. Ternyata itu dari Ranti senior yang secara kebetulan bertemu dengannya di suatu tempat camping. Tak lama kemudian ponsel Aji kembali bergetar dan menimbulkan suara agak nyaring.
"Ya, hallo," ucap Aji.
"Hei, Ji, ini gue Ranti, inget kan? besok sampe hari kamis kita-kita ada camping nih, mau ikut ga? ikutlah, ga jauh kok cuma di Paseban, Cisarua situ, acara seru-seruan doang, ikut ya ikut ya," papar Ranti tanpa memberikan celah untuk Aji menjawab.
"Hmm, gua pengen sih Ran, tapi selasa gua ada presentasi buat tugas akhir..."
"Hah? tugas akhir? bukannya lu masih tingkat satu?!" Mendengar kata tugas akhir Ranti langsung memotong ucapan Aji.
"Denger dulu makanya, gua belum selesai ngomong, tugas akhir matkul fisika gua, ya lumayan juga dua puluh persen nilai dari presentasi itu."
"Yah, tapi sebelum sama sesudahnya lu ikut aja."
"Elu enak bisa ngomong gitu gara-gara udah ga ada jam."
"Hehe, tapi ikut ya, gua smsin tempatnya, kalo mau dijemput, semoga aja entar ada yang mau jemput lu, haha."
"Oke sip deh."
Sekitar lima menit setelah pembicaraan ditutup satu pesan pun masuk ke ponsel Aji, tidak lain dan tidak bukan itu adalah pesan dari Ranti yang isinya tentang lokasi dimana dia dan teman-temannya berada.
"Coba aja ga ada presentasi ini, pasti hari besok-besok jadi seru," ucap Aji sendiri sambil mengambil handuk hijau miliknya.

Selasa datang juga, saat itu tanggal 27 desember 2011. Semua mata kuliah lain yang Aji pilih sudah berakhir, hanya tinggal menunggu UAS (Ujian Akhir Semester) yang akan di adakan pada bulan januari 2012. Tetapi, satu mata kuliah ini masih mengadakan kelas, jika dilihat di jadwal sebenarnya sudah tidak ada kelas lagi, hanya saja sang dosen meminta ijin kepada mahasiswa dikelas tersebut karena pada term tersebut memang dia sedang sibuk-sibuknya dan pada hasilnya kelas Aji itu sedikit terbengkalai.
Ya mau bagaimana lagi, Aji yang berstatus sebagai mahasiswa baru dan teman-temannya juga berstatus sama, sehingga mereka tidak bisa dan merasa takut jika melakukan protes. Pernah suatu hari ada senior yang melakukan protes tentang apa yang sang dosen tawarkan, dia menawarkan sebagian jam pada hari jumat dipindahkan menjadi hari selasa. Itu sebabnya kelas Aji pada hari selasa di mulai pukul 12.00 berakhir pada pukul 15.00 dan hari jumat hanya 45 menit bahkan bisa hanya 15 menit karena sang dosen tersebut terlambat. Saat itu mahasiswa yang lain merasa mempunyai penerang dalam gelap, yaitu senior tadi, tetapi hanya hari itu saja penerang tersebut bersinar, karena seterusnya dia sudah tidak pernah masuk. Absensinya dititipkan dan masuk kelas hanya saat UTS (Ujian Tengah Semester) saja. Setelah selidik-selidik ternyata dia tidak dapat feel di kelas kami, dia tidak punya teman mengobrol, jadi malas untuk masuk kelas juga.
Akhirnya sang dosen datang dengan penampilan yang tidak asing lagi. Setelah melihat-lihat para mahasiswanya yang duduk dengan sedikit antusias dan rasa tegang karena akan presentasi dia memulai pembicaraan.
"Ya, sekarang kita membahas materi dulu tentang rangkaian orde tinggi."
"Hah? pak terus presentasinya gimana?" sorak Aji dan kawan-kawan.
"Begini, karena kita sudah akan UAS, dan saya juga merasa bersalah karena di kelas ini sering terlambat dan tidak masuk, jadi saya akan menjelaskan terlebih dahulu materi yang seharusnya anda dapatkan."
Mendengar itu Aji hanya bisa bersandar di kursi kayu yang sudah ada sejak tahun 1800an. Aji mengetahuinya karena dia diberitahu oleh dosen matematika dasar lulusan universitas ini juga. Sejak dia belajar disini kursi dan penampilan gedung tidak berubah sama sekali.
Tiga jam berlalu dengan begitu lama, karena keadaan pun yang mendesak untuk tidak menyenangi suasana belajar saat itu. Sebelum menyelesaikan kuliah sang dosen kembali memberikan pengumuman.
"Hari jumat kita mulai presentasi, tapi jam 8 pada bisa kan?"
Keadaan yang tidak mau berdebat, sehingga seisi kelas hanya bilang "iya" saja.

Jumat, 30 desember 2011. Seisi ruangan telah penuh dengan para mahasiswa yang akan presentasi. Sang dosen pun datang, menaruh tas dan mengeluarkan laptopnya. Dengan terburu-buru dia meminta untuk segera memulai presentasi.
"Ya, sekarang mulai presentasi dari kelompok satu."
Aji dan mahasiswa lainnya bingung, kelompok siapa itu yang disebut dengan kelompok satu, karena selama ini mereka belum diberi urutan kelompok.
"Kelompok satu segera turun mempersiapkan diri." Dia bilang turun karena ruang kelas itu memang seperti gedung bioskop yang setiap barisnya lebih tinggi.
"Tapi pak, kami belum dibagi urutan kelompok," ucap Thomas si ketua kelas.
"Oh gitu, cepat kamu Thomas membagi kelompoknya."
Pembagian kelompok pun berlangsung dengan cara sepihak, yaitu si ketua yang memilih siapa kelompok satu dan seterusnya. Lima belas menit lewat sudah untuk membagi kelompok dan hasilnya kelompok Aji tampil pada urutan ke-5.
Kelompok pertama dengan anggota Almas, Bian, Mulya, dan Diki akhirnya mempresentasikan hasil diskusi mereka tentang generator listrik yang mempunyai prinsip kerja sama dengan apa yang dibahas Aji yaitu motor listrik dalam aplikasi dinamo mini 4 wd, hanya saja generator dari energi gerak menghasilkan energi listrik, sedangkan motor dari energi listrik menghasilkan energi gerak.
Setelah mereka presentasi ternyata sang dosen menyanggah apa yang mereka presentasikan sehingga kelompok mereka pun bisu, tidak dapat menjawab dan menerangkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sang dosen.
Sama halnya dengan kelompok dua, setelah mempresentasikan mereka tidak bisa menjawab pertanyaan yang dikeluarkan dari dosen tersebut. Bukan hanya karena kekurangan materi tetapi juga karena suasana tekanan yang diciptakan oleh dosen tersebut. Aji memakluminya karena dia baru saja menguji para calon wisudawan dalam sidang akhir, sehingga suasananya pun ikut terbawa ke ruang kelas ini.
Hari itu hanya dapat berlangsung dua kelompok presentan karena sang dosen memiliki kegiatan lainnya. Beberapa mahasiswa pun keluar kelas setelah sang dosen meninggalkan kelas sambil berbicara dengan ponselnya. Tidak lebih dari lima menit dosen itu kembali, Aji dan beberapa mahasiswa lain pun berlum sempat meninggalkan kelas lalu dia berkata, "Kita lanjut saja presentasinya, saya membatalkan acara."
"Tetapi pak, sudah ada yang pulang," kata Thomas.
"Oh, kalau begitu kita lanjut lagi selasa depan, pagi jam delapan ya, Thomas kamu beri tahu yang lainnya."
"Oke pak."
Setelah itu sang dosen pun kembali keluar ruangan.
"Memang siapa yang udah pulang Tom?" tanya Aji.
"Itu tadi kakak kelas, sama Ammar juga udah kan."
"Ya, kalau Ammar sih katanya cuma ke toilet, nih tasnya ada."
"Tapi benerkan udah ada yang pulang si kakak kelas, jadi gua ga bohong dong, hehe."

Rabu, 04 Januari 2012

bagian 4 - saya dosen disini(2)

Perjalanan untuk mencapai tugas akhir fisika dasar pun dimulai. Di awali dengan pembentukan struktural dimana dengan vote terbanyak Aji menjadi ketua yang mengalahkan saingannya yaitu Ahmad. Pembentukan ini tidak seperti pemilu, Aji yang telah menduduki tahta sebagai ketua langsung menunjuk Yanti menjadi sekretaris dan di setujui oleh ketiga anggota lain. Wari sebagai pencari data, Ahmad editor presentasi dan Krisna menjadi bapak presentasi dimana Krisna ini menjadi seperti moderator saat presentasi berlangsung. Kemudian mereka mencari tema untuk presentasinya, entah siapa yang bilang, tidak ada yang mengaku tetapi kami semua membahas tentang dinamo mini 4 wd. Karena sudah keasikan membicarakan kumparan, dikilik, voltase baterai yang digunakan, akhirnya tema dinamo mini 4 wd pun dipilih.
Wari yang bertugas sebagai pencari data langsung membuka laptopnya dan mencari komponen apa saja yang berhubungan dengan dinamo mobil-mobilan ini. Setelah di temukan, dia bilang bahwa dinamo mini 4 wd ini menggunakan prinsip kerja motor listrik DC (Direct Current) atau arus searah yang mengubah energi kimia dari baterai ke listrik, lalu karena adanya induksi elektromagnetik, sehingga timbullah medan magnet dikumparan berarus yang menggerakkan rotor (bagian dalam dinamo yang dapat berputar) searah dengan aturan tangan kanan, karena rotor yang berputar ini akhirnya dapat menggerakan gear untuk memutar roda mini 4 wd.
Aji dan yang lainnya tampak diam sesaat, tidak terlalu terbayang oleh mereka kalau prinsip kerja dinamo mini 4 wd lumayan rumit seperti itu. Karena baru awal pertemuan Aji tidak mengharuskan teman-temannya dan dia langsung mengerti mengenai dinamo mini 4 wd atau motor listrik ini. Dari penjabaran sinkat Wari, Aji membagi tugas untuk pembuatan LTM (Lembar Tugas Mandiri) agar mempermudah pembuatan bahan presentasi dengan tugas,
1) Ahmad mencari tentang kumparan pada dinamo
2) Wari tentang arus listrik dan komponen-komponen listrik lainnya yang bekerja pada dinamo
3) Aji membahas tentang magnet, kenapa harus ada magnet di dinamo dan pengaruh medan magnet
4) Krisna mencari bagaimana cara kerja dinamo mini 4 wd, dan
5) Yanti tentang hasil yang dikeluarkan oleh dinamo tersebut
Pertemuan dibubarkan, tetapi mereka tidak bubar secara visual. Kelima pemuda-pemudi ini berjalan menuju sebuah bangunan berlantai 4. Duduk-duduk di lorong lantai dasar gedung itu dinama banyak orang menyebutnya dengan kata "landas" dan bersenda gurau dengan rekan-rekan satu kelasnya yang lain.

Selasa pun datang, saat itu tanggal 20 desember 2011. Mata kuliah fisika dasar yang ditunggu pun akan datang lagi pada siang hari ini. Memang mata kuliah ini amat ditunggu oleh mahasiswa karena mereka harus menunggu pukul 12.00 dari pukul 10.00 setelah keluar dari kelas sebelumnya, kemudian menunggu sang dosen untuk datang ke ruang kelas, dan terkadang menunggu dosen menyiapkan proyektor karena dia ingin menerangkan materi dengan sedikit modern. Kelas berlangsung seperti biasa, dosen telat hanya satu jam saja hari ini, dan suasana belajar pun mengkhawatirkan bagi sebagian mahasiswa yang mengincar kelulusan dengan nilai sempurna atau lulus dengan cum laude. Ditengah penjelasan sang dosen menanyakan apa ada yang ingin ditanya dari penjelasan yang sudah dia paparkan. Karena dia menjelaskan dengan presentasi power point, dia hanya duduk dan melihat ke arah Aji dan kawan-kawan setelah mengatakan pertanyaan tadi. Semua mahasiswa diam saja, mereka pun tidak mengerti ingin menanyakan apa sebenarnya, namun baik Aji maupun temannya yang lain memperlihatkan raut wajah tanda mengerti apa yang baru sang dosen jelaskan.
Setelah berdiam tanpa bahasa dan gerakan selama kurang lebih satu menit, sang dosen kembali membuka pembicaraan.
"Besok jumat kalian kumpulkan proposal singkat tentang presentasi yang akan di bahas ya."
Aji kembali bingung, bukannya jumat itu seharusnya langsung saja presentasi. Secara kebetulan si ketua kelas berkata yang intinya sama dengan pikiran Aji.
"Bagaimana saya bisa tahu tentang presentasi kalian jika tidak ada proposal singkat?" Itulah balasan dari sang dosen. Kemudian dia merapihkan laptop dan memasukkannya kedalam tas kotak hitamnya.
Dengan sedikit tersenyum dan terlihat terburu-buru dia berkata, "Maaf ya, saya sekarang harus ke tempat sidang, kakak-kakak senior kalian sekarang sedang menuntaskan sidang tugas akhir, kebetulan dosen pengujinya sibuk karena dia sedang tidak ada, jadi saya yang menggantikan."
Sebenarnya para mahasiswa senagn saja, karena baru berjalan 40 menit sudah keluar. Tetapi kembali lagi ke masalah tugas akhir semester ini yang harus membuat proposal singkat, yang isinya saja tidak diberi tahu apa. Kelas itu menyepakati kalau proposal singkat itu seperti makalah sederhana saja, karena saat di tanya sang dosen hanya mengatakan yang penting isinya adalah apa yang mau kalian bahas.
Aji melihat ke arah Yanti, dan tidak mengatakan apa-apa tetapi Yanti mengerti apa maksud Aji.
"Yah Ji, gua belum pernah bikin proposal, gimana dong?"
"Hmm, oh iya, Ahmad saja ikut membantu lu, dia kan katanya ingin jadi sekum HMD (Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Departemen)."
Ahmad yang mendengar percakapan itu hanya mengangguk-angguk sambil memainkan ponsel milikinya yang berkeypad qwerty.


Pertemuan kedua, masing-masing individu telah menemukan sumber data dan telah membacanya. Terdapat permasalahan disini, yaitu di bahasan arus yang masih bingung dengan adanya sikat (brush) motor dan komutator pada dinamo DC, dan permasalahan juga timbul pada cara kerja dinamo mini 4 wd yang menggunakan 3 koil atau kumpatan, sedangkan sumber banyak memberikan contoh dinamo sederhana yang hanya berupa kawat jangkar, yaitu seutas kawat terbentang dari muatan positif ke negatif. Perdebatan terjadi antara Ahmad yang berteguh perputaran rotor itu karena adanya gaya (F) yang diakibatkan medan magnet (B) dari magnet permanen dan arus medan yang mengalir pada dinamo (I), sedangkan Krisna berpendapat bahwa perputaran terjadi karena adanya interaksi antara medan magnet permanen dan medang magnet yang dihasilkan karena induksi listrik. Kedua pendapat itu benar, mungkin karena Ahmad dan Krisna memiliki sumber yang berbeda dan Krisna lebih terfokus kepada induksi elektromagnetik yang timbul karena arus listrik, sedangkan Ahmad lebih kepada hubungan arus dan medan magnet permanen dinamonya.
Karena ada beberapa penjelasan yang belum terkuak, LTM pun diundur untuk dikumpulkan hari kamis agar dapat secara langsung membuat proposal singkat dari ringkasan LTM masing-masing.

***

Hari H pengumpulan proposal singkat sudah tiba, yaitu jumat 24 desember 2011. Proposal singkat kelompok Aji sudah menjadi hardcopy dan dijilid rapi. Tidak hanya kelompok Aji saja, semua kelompok sudah membuat prosposal singkat mereka dan sudah dalam bentuk hardcopy. Kuliah akan dimulai pukul 11.00 dan saat itu adalah pukul 10.43. Beberapa mahasiswa di kelas fisika dasar itu sudah tampak di selasar landas, dan ada satu - dua orang yang telah duduk manis di dalam kelas. Aji termasuk kedalam mahasiswa yang berada di landas.
"Bzzt,bzzt." Ponsel Aji bergetar tanda ada pesan yang masuk.
Pesan itu dari si ketua kelas yang isinya
"Thomas, tolong beri kabar ke yang lainnya, saya ada seminar hari ini sampai jam 11.40 jadi hari ini tidak ada kuliah, kita kuliah lagi selasa depan jam 12.00."

bagian 3 - saya dosen disini

Kisah ini terjadi sejak tanggal 13 desember 2011, sebenarnya hanya hari-hari biasa dengan jadwal kuliah yang agak sedikit padat karena dua mata kuliah dengan masing-masing 3 sks (satuan kredit semester) Aji tampak santai saja menikmatinya. Kuliah pertama berlalu hanya satu jam yang seharusnya di jalani dengan waktu satu jam lebih empat puluh menit. Kuliah kedua akan dilaksanakan pada pukul 12.00 WIB, namun maupun Aji dan semua teman-teman sekelasnya tahu bahwa sang dosen hobinya telat. Jadi kuliah yang seharusnya dilaksanakan pukul 12 tersebut akan sedikit molor hingga 1 jam. Jam tangan milik Aji telah menunjukan pukul 13.05 namun Aji masih tetap berjalan santai menuju ruang kuliah, tentu saja teman-teman Aji pun begitu. Dan nyatanya memang benar di ruang kuliah dosen tak tampak. Akhirnya setelah para mahasiswa menunggu tidak kurang dari 30 menit sang dosen pun datang dengan menjinjing tas kotak hitam kesayangan yang isinya laptop, absensi, beberapa spidol, dan plastik transparan untuk presentasi melalui OHP (Overhead Projector) -yang cara kerjanya memanfaatkan prinsip lensa dan pemantulan cahaya- bertulis rumus-rumus fisika. Dosen ini memang terbilang cukup berusia tetapi memiliki semangat juang tinggi untuk mengajari para mahasiswa matakuliah fisika. Dosen ini bergelar "Drs." bayangkan gelar untuk seseorang yang telah lulus magister tahun kapan.

Kuliah berjalan biasa saja, sang dosen menerangkan para mahasiswa bagian baris depan mendengarkan, baris tengah mendengarkan-mengobrol-tidur, baris belakang tidak mendengarkan-tidur-main laptop. Ketika itu Aji duduk diantara para baris tengah, ya tidak bisa mendengarkan dengan baik karena efek yang ditimbulkan kelas itu membuat Aji mengantuk. Namun diakhir kuliah, dosen itu mengatakan sesuatu yang membuat semua mahasiswa melotot seperti ditampar menggunakan punggung telapak tangan.
"Minggu depan kita presentasi, itu tugas akhir dari kelas saya."
Sesaat suasana hening, dalam hitungan detik suasana hening itu berubah menjadi ramai gaduh tidak karuan.
Sang ketua kelas maju menghadap Dosen dengan gagahnya dan menanyakan beberapa persoalan.
"Presentasi dijadikan per kelompok, kelompok dan materinya ada di web, itu saya sudah mengaturnya."
Tidak ada yang bisa menentang karena dialah dosennya, walaupun materi ajar yang dia sampaikan tidak bisa diterima dengan baik oleh Aji dan yang lain, sehingga apa yang akan dipresentasikan pun mereka tidak mengerti.

***

Dirumah, Aji langsung membuka PC dan menyalakan modem untuk melihat dengan siapa dia berkelompok, dan materi apa yang akan di dapatnya. Di dalam hati Aji sangat menginginkan untuk satu kelompok dengan orang-orang yang dapat dikatakan rajin dan bintang dikelas tersebut. Entah kenapa buffer dari internet sangat lama sekali, itu membuat Aji sedikit kesal dan gusar. Akhirnya web yang diberi oleh dosen tersebut terbuka dan Aji dengan segera meng-klik hyperlink bertulisan "Kelompok Tugas Akhir Fisika Dasar". Data-data dalam bentuk tabel langsung muncul dihapan Aji. Dengan cepat Aji menscroll layar tampilan tersebut dengan mousenya. Tapi dia tidak melihat namanya, kemudian Aji melihatnya lebih lambat dan agak teliti, tetap tidak ada nama dia. Setelah di lihat-lihat ternyata tabel tersebut untuk para mahasiswa angkatan tahun 2009. Aji nampak bingung, apakah dia salah membuka web, tetapi alamat dan password yang diberikan tidak salah. Tanpa pikir panjang, Aji segera membuka link yang lain, yaitu yang bertulisan "Materi Tugas Akhir Fisika Dasar". Oke, Aji mengiyakan untuk materinya adalah materi fisika yang berhubungan dengan matakuliah itu. Dengan malas-malasan Aji menutup webnya dan mematikan PC, berjalan ke tempat tidur dan menjatuhkan dirinya karena memang sudah larut.

***

Hari jumat tanggal 17 desember 2011, ini adalah hari dimana ada lagi matakuliah fisika dasar dengan sang dosen yang sangat bersemangat untuk mengajari fisika kepada mahasiswa itu. Memang sudah dibuat kesepakatan kalau setiap hari jumat hanya 45 menit saja pembelajaran yaitu dari jam 11.00 s/d 11.45 karena setelah itu para laki-laki muslim mengadakan solat jumat berjamaah. Walaupun setiap minggunya terdapat dua kali pertemuan, pada pertemuan kedua adalah untuk mengulang apa yang dibahas dipertemuan pertama. Jadi masuk pada pertemua pertama saja sebenarnya sudah cukup jika Aji tidak mengincar absensi yang tidak boleh alfa tanpa keterangan sebanyak enam kali.
Aji dan teman-temannya yang masih bingung dengan pembagian kelompok itu bercakap-cakap, dan mengatakannya kepada si ketua kelas yang gagah ini, agar dia menyampaikan ke dosen. Setelah sang dosen menerangkan dan sebelum kelas bubar, si ketua berbincang dengan sang dosen.
"Pak, kelompok yang ada di web itu tahun 2009 ya?" tanya si ketua.
"Oh iya, baru ingat saya itu pembagian kelompok tahun angkatan 2009 untuk anak teknik." Sang dosen menjawab dengan nada seperti baru menemukan kembali berliannya yang hilang. Memang Aji dan teman-temannya itu bukan berasal dari fakultas teknik, tetapi mereka belajar di fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam).
"Kalau begitu kelompok dan tema materi kalian cari sendiri, karena materi kalian dengan anak teknik juga berbeda," lanjutnya, kemudian lekas pergi dengan kembali menjinjing tas kotak hitam kesayangannya.

Banyak suara yang terlontar dari mulut individu mahasiswa di kelas tersebut. Mereka mencari-cari teman untuk berkelompok dengannya. Akhirnya Aji mendapatkan kelompok dengan anggota sebanyak 5 orang. Mereka adalah Aji, Ahmad, Wari, Krisna, dan Yanti yang diketuai oleh Aji sendiri. Entah kenapa Yanti ikut bergabung ke kelompok Aji, tetapi Aji bersyukur ada perempuan di dalam kelompoknya, dan Yanti termasuk kedalam daftar mahasiswa terajin se angkatan 2011.
Para mahasiswa belum keluar dari kelas, tiba-tiba si ketua mengumumkan bahwa presentasi akan di adakan jumat depan, jadi persiapkan materi dan mental -dia sedikit bercanda-. Keadaan kelas kembali seperti pasar dimana pedagang berteriak-teriak agar pembeli mendekati tempatnya, namun pasar ini adalah pasar yang di huni oleh manusia-manusia berintelek.

Selasa, 03 Januari 2012

bagian 2 - sebuah pilihan

Matahari telah berdiri tegak di atas puncak langit, memberikan cahaya dan panas yang begitu terik pada siang hari itu. Namun, Aji masih tetap berbaring di atas kasurnya, tanpa selimut, karena selimutnya telah jauh berada di sudut tempat tidur dan tergulung tidak karuan. Seorang wanita paruh baya mendatangi Aji dan mengoyang-goyangkan badannya.
"A, bangun, udah siang, ibu juga mau berangkat." Ternyata wanita itu adalah ibunya sendiri. Seorang ibu yang sangat baik hati, tidak pernah sekalipun suatu kata kasar keluar dari mulut wanita tersebut. Wataknya lemah lembut, tutur katanya sopan, dan senyuman selalu mengiringi kemana pun dia pergi.
"Hmm, ibu bu." Aji membuka matanya sebentar lalukembali membenamkan mukanya ke bantal.
"Ibu udah bikinin kamu nasi goreng tuh."
"Hah? tapi Aji mau puasa hari ini." Aji memang mempunyai niat untuk berpuasa sunah senin-kamis yang secara tidak kebetulan hari itu adalah hari senin. Dia bangkit dan menuju sumber suara yang sudah tidak ada di kamarnya itu.
"Terus buat siapa atuh?" kata ibu Aji sedikit kecewa. Memang saat itu rumah sudah sepi, ayah Aji telah berangkat kerja karena dia adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan ini adalah hari pertama kerja di tahun baru. Kakaknya memang tidak pulang dari perayaan pernikahan teh Nia. Dia bilang akan menginap di rumah nenek yang tidak jauh dari rumah teh Nia. Kakak Aji ini seorang perempuan tapi dia lebih sering keluar rumah dan tidak pulang dengan alasan menginap di rumah nenek. Sebenarnya Aji tahu kenapa dia suka sekali untuk menginap di rumah nenek. Itu karena dia sudah memiliki pacar, tetapi dia tidak berani untuk mengatakan kepada kedua orang tua Aji, sedangkan neneknya sudah mengetahuinya dan sang pacar juga sering bermain ke rumah nenek Aji.
"Hmm, ga enak juga sama ibu yang udah bikin." batin Aji.
"Ya udah, sama Aji makan aja bu, ga jadi puasanya," sahutnya.
Itulah pilihan Aji, dia memilih untuk tidak mengecewakan ibunya. Puasa sunah yang mungkin akan menambah pahala dan puasa yang sudah dia rencanakan karena dia pun sudah melakukan makan malam (sahur) dia batalkan.
"Kamu gak kemana-mana kan?" tanya ibunya lagi.
"Iya egk." Aji menjawab singkat karena dia tahu kalau ibunya sudah berkata demikian berarti tidak ada uang jajan untuk hari ini.

Detik-menit-jam berlalu, rumah sederhana bercat hijau itu hening. Di halaman depan hanya terdengar percikan-percikan air karena ikan yang berenang kesana-kemari dan kadang melompat untuk mendapatkan serangga yang terbang rendah di permukaan air. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, bahkan kamar mandi sangat sepi, hening, tidak ada suara tetesan air yang timbul karena bocornya keran wastafel. Berjalan lebih dalam, keadaan kamar kakak Aji pun sepi, gelap, barang-barang disana tersusun rapi layaknya kamar perempuan pada umumnya. Barang-barang tersebut tidak bergerak dan tidak digerakkan semenjak tanggal 31 desember 2011, sudah dua hari jika dihitung sampai hari ini. Disebuah lorong antara kamar Aji dan kakaknya terdengar samar-samar suara bergemuruh. Suara itu terdengar semakin kencang di sela-sela pintu kamar Aji. Suara bergemuruh orang banyak, padahal rumah itu sedang sepi, televisi yang hanya ada satu-satunya di ruang keluarga juga mati, radio sudah kusam dan hanya tersimpan berdebu di atas lemari tua di sudut ruang keluarga.
"Golll" Tiba-tiba Aji berteriak memecah keheningan rumah itu. Ternyata di dalam kamar dia sedang bermain PES 2012 di sebuah laptop berprosesor tidak kalah canggih dengan produk terbaru. Pertandingan sepak bola di dalam game tersebut telah berlangsung 49 menit dengan score 1 - 1. Aji memainkan tim sepak bola kesayangannya yaitu Arsenal dengan lawan MU. Tampak serius sekali Aji meneruskan pertandingan tersebut.

"Bzzt, bzzzt, bzzt." Ponsel Aji bergetar dan suara ringtone "Good Morning - Ost Hunter x hunter" terdengar. Dengan segera Aji menekan tombol pause dari joystick yang dia pegang, padahal saat itu posisi pemain Aji sedang menyerang dan kemungkinan akan menyetak gol.
Aji melihat ponselnya dan ternyata panggilan dari Arestu.
"Ya, res ada apa?" tanya Aji langsung.
"Ji, ahhh, pengen curhat, barusan gue UAS PM, ihh susah banget, padahal udah belajar ini-itu segala macemnya, ga taunya dikit banget yang keluar ahh bete."
"PM apaan tuh?"
"Ah elu, gua udah ngomong panjang-lebar, cuma tanya PM apaan, PM tuh pengenalan matematika."
"Elah Res, baru kenalan aja udah pusing gimana kalo udah jadian, hehe."
"Iiiiih, jadian sama mate, lu aja tuh Ji, eh elu ga ada UAS, atau kuliah gitu?"
"Ga ada Res, besok baru gua UAS kalkulus."
"Pasti lagi belajar nih, secara kalkulus gitu, kata senior gua ihh parah abis."
Aji melihat sekelilingnya, tidak ada sama sekali buku kalkulus, jangankan buku kalkulus, buku catatan atau sekedar untuk coretan pun tidak ada. Yang tergeletak hanyalah laptop yang layarnya menampilkan visual sebuah game.
"Yoi." Aji menjawab hanya untuk menutup-nutupi saja bahwa dia sama sekali belum belajar untuk UAS besok.
"Lu mah pasti bisa Ji, secara kan pinter."
"Hehe, makasih ya, lu ga belajar lagi buat besok?" tanya Aji untuk menutup pembicaraan karena dia tidak mau berbohong lebih banyak daripada itu.
"Mau sih, tapi makan-makan dulu nih bareng temen, lu sibuk ya, sori ya ganggu, selamat belajar Ji."
Percakapan di telepon akhirnya berhenti. Sekarang Aji masih terdiam, agak sedikit bimbang, meneruskan game yang tanggung akan dia menangkan atau mengambil buku kalkulus dan belajar untuk besok. Dengan cepat Aji berdiri karena jika lebih lama duduk di atas tempat tidur maka rasa malas akan kembali menghampirinya. Dia berjalan ke tumpukan buku-buku dan mengambil buku kalkulus jilid 8 karangan Purcell yang telah di edit oleh salah satu lembaga penerbit di Indonesia. Aji membuka bab per bab, tidak lama ponsel Aji bergetar lagi tetapi tanpa suara. Ternyata sudah ada dua pesan yang masuk yang satu dari Ranti -senior yang kebetulan bertemu saat Aji mendaki gunung Gede- dan dari ijah -teman satu SMA yang jiwanya memang selalu bersemangat dan menyemangati orang lain-. Karena ketiga orang tadi Aji jadi sedikit bersemangat untuk belajar. Tetapi, semangatnya luntur setelah membaca kurang lebih 25 menit buku yang memang agak sulit untuk dimengerti tersebut. Akhirnya Aji kembali duduk-duduk di atas tempat tidurnya dan tak lama setelah itu dia pun tiduran.
"Tidur dulu lah, supaya nanti malam bisa belajar dan gak ngantuk," gumam Aji.

Waktu menunjukkan pukul 17.00 Aji akhirnya terbangun dari istirahat siangnya. Dengan masih sempoyongan dia berjalan ke ruang keluarga yang ternyata anggota keluarga yang lainnya telah berkumpul disana. Mereka sedang menonton acara yang selalu dilihat oleh kepala keluarga Aji yaitu berita, ayah Aji duduk di kursi single tengah-tengah ruangan yang berhadapan dengan televisi sebesar 21 inchi sambil meneguk perlahan air keruh coklat kehitaman yang banyak orang menyebutnya kopi. Aji berjalan ke kamar mandi dengan membawa handuk yang telah dia ambil tanpa menyapa, tanpa bersalaman, kepada keluarganya.
Setelah mandi, makan, dan solat magrib, tiba-tiba lampu padam. Anak-anak tetangga berteriak ketakukan sedikit kegirangan. Suasana senja yang biasanya sunyi karena orang-orang bersembahyang menjadi ramai dengan teriakan-teriakan bocah yang belum tamat sekolah dasar.

Rencana Aji untuk belajar malam sekarang berhamburan entah kemana. Pikirannya terbagi menjadi dua, antara melanjutkan rencananya dengan menggunakan lilin atau senter dan menunggu listrik menyala baru dia mulai belajar. Dan Aji memilih untuk menunggu, dia menunggu dan menunggu sampai sekitar 30 menit menunggu listrik pun tak kunjung menyala. Karena masih memiliki semangat untuk tidak mendapatkan nilai buruk di UASnya, Aji akhirnya belajar menggunakan headlamp -semacam senter yang diikatkan di kepala- yang biasanya dia gunakan ketika pergi kemping. Namun apa daya, cerahnya lampu headlamp yang hanya terfokus pada satu titik malah membuat mata Aji sakit. Tidak lebih dari 30 menit dia membaca dan sedikit berlatih soal, semangat Aji hilang. Berbaringlah ia di atas kasurnya yang sangat menggoda, headlamp pun dimatikannya, suasanya kamar Aji sudah menjadi sangat gelap, dan akhirnya dia tertidur dengan buku yang tergeletak di lantai, terjatuh karena tangan Aji tidak sanggup menggenggam buku itu lagi.

15 menit kemudian, lampu-lampu pun mulai bersinar kembali. Namun sayang Aji telah terlelap dalam mimpinya. Andai saja dia membuka matanya sedikit lebih lama.

Minggu, 01 Januari 2012

bagian 1 - it's raining all day

Ada sebuah rumah yang sepi, aneh, karena malam itu adalah malam pengujung tahun, ya saat itu tanggal 31 desember 2011. Diantara cahaya kemerlap karena petasan yang menyala bergantian, terompet yang dibunyikan oleh bocah-bocah kampung menjadikan malam bising dengan sedikit bernada bila mendengarkan dengan hati yang riang, suara tawa dan canda keluarga yang berkumpul dan membakar jagung atau daging yang telah disiapkan terlebih dahulu, rumah itu terlihat seperti rumah yang ditinggal oleh penguhinya.

"Bzzt, bzzzt." Suara getar ponsel terdengar karena adanya gesekan antara ponsel dan meja kayu. Tidak jauh dari ponsel itu, seorang pemuda sedang berbaring terlentang menutup matanya diatas sebuah kasur yang terbuat dari buah kapuk yang dipadatkan.

"Siapa yang sms malam-malam begini?" gumam pemuda tersebut sambil mengambil ponselnya. Di layar ponsel tersebut tertulis nama Arestu yang mengartikan SMS yang dia dapat adalah dari Arestu. Pemuda itu lalu membaca isi pesan yang cukup singkat. "Hei Aji, malam taun baruan kemana nih?" Ya, pemuda itu memiliki nama Aji, dan Arestu adalah teman Aji saat dia masih SMP - Sedikit tentang Aji, dia sekarang berusia 17 tahun dan telah meneruskan sekolahnya ke sebuah universitas terkenal di Indonesia setelah dia berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan - . "Ya kayak yang lu gatau aja Res, gua coba buat tidur." Begitulah jawaban dari Aji. Kemudian dia menyimpan kembali ponselnya, dan membantingkan diri ke tempat tidur.

Kamarnya sudah gelap dan sedikit sunyi sampai-sampai detikan jam pun terdengar dan suara kembang api yang terjadi karena disipasi energi kimia ke cahaya juga terkadang sampai ke dalam kamar Aji. Jam telah menunjukkan pukul 22.32, keadaan di luar sana sudah semakin ramai namun Aji semakin merasa mengantuk. Sedikit demi sedikit matanya pun mulai tertutup dan tangan Aji secara refleks mengambil selimut tebal yang selalu dia pakai jika akan tidur. Namun suasana senyap dan mengantuk itu buyar karena ponsel Aji kembali bergetar. Dengan malas-malasan Aji kembali melihat ponselnya dan ternyata terdapat sebuah SMS lagi dari Arestu yang isinya, "Temenin gua dong, bete nih cuma di rumah kumpul keluarga doang." Sebenarnya Aji sangat malas untuk membalasnya, tetapi rasa kantuknya juga sudah hilang karena terganggu dengan SMS Arestu tadi. "Elu enak kumpl keluarga, lah gue? keluarga aja ga ada di rumah." kemudian perbincangan melalui SMS pun terjadi.

"Emang pada kemana keluarga lu ji?" tanya Arestu.
"Entahlah, katanya tadi ke rumah nenek."
"Lu ga kesana aja?"
"Udah, pas kesana rumahnya di kunci, pada pergi taun baruan kali."
"Terus, kenapa ga bareng cewelu aja ji?"
"Ga punya cewe gue res."
"Lu mah dingin si, cuek banget sama sekitar lu, ga berubah dari dulu."
"Ya, kayak lu udah dapet cowo aja."
"Ah, serba salah gue kalo ngomong sama elu masalah ginian, ya udah, selamat tahun baru 2012 ya, semoga kedepannya lebih baik dan dapet jodoh hihi."
"Iya, selamat tahun baru juga."

Akhirnya perbincangan pun selesai, tetapi Aji masih terbayang apa yang dikatakan Arestu mengenai sikapnya yang cuek. Dia pun tidak dapat tidur dan memutuskan untuk membuat secangkir teh panas. "Berada dalam rumah sendirian bukan berarti kau bebas untuk melakukan apa saja yang kau inginkan," gumam Aji sambil meneguk sedikit demi sedikit teh manis panas yang dia buat. Malam semakin larut program televisi tidak ada yang menarik menurut Aji saat itu, dan dia pun sama sekali tidak mempunyai niat untuk setidaknya melihat kembang api dari ters rumahnya. Dia kembali berjalan menuju kamarnya dan memejamkan mata di bawah selimut hangat miliknya.

Hari pun telah berganti, sekarang tanggal 1 januari 2012, hari pertama dalam tahun ini dan hari itu ditutupi dengan hujan yang sudah turun sejak dini hari. Aji terbangun pada pukul 7.30, ketika dia membuka ponselnya ternyata ada sebuah pesan dari ayahnya yang menyatakan bahwa dia dan semua keluarga sekarang sedang berada di rumah paman. Tanpa berpikir apa-apa Aji lantas bangun dan mencuci mukanya. Dia teringat akan ucapan ibunya yang tidak akan memasak karena dia kira semua anggota keluarga akan keluar rumah. Karena diluar hujan sedang turun dengan senang dan derasnya maka Aji memutuskan untuk tidak keluar dan membeli beberapa makan siap saji untuk sarapannya. Dia melihat dapur, ya mungkin saja ada sesuatu yang bisa di masak. Sayangnya di dapur hanya tersisa nasi dan satu buah telur saja. Aji tidak mengeluh atau bersenang hati, dia hanya mengambil nasi dan telur tersebut dan memulai membuat nasi goreng seadanya.

Ponsel Aji kembali bergetar, kali ini bergetar sedikit lebih lama dan terdengar samar-samar suara ringtone yang dilahap oleh suara rintik hujan. Ternyata yang menelepon Aji adalah ayahnya, segera saja Aji mengangkat teleponnya.
"Ya, yah ada apa?" tanya Aji.
"Kamu ga kerumah paman Hari?" jawab seseorang disana dengan suara yang membass layaknya bapak-bapak pada kebanyakan orang.
"Egk ah."
"Padahal teh Nia mau ngeliat kamu."
"Hmm, ya udah entar Aji kesana kalau udah ga ujan."
Pembicaraan pun selesai. Aji melihat keluar rumah dan berpikir kalau hujan tidak akan berhenti cepat. Aji kembali menyantap sarapannya yang tadi sempat tertunda karena telepon dari ayahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 tapi hujan belum juga berhenti. Karena Aji takut mengecewakan ayahnya maka dia memutuskan untuk pergi walaupun masih hujan. Dia pergi menggunakan angkutan umum karena dia tidak mau hujan-hujanan mengendarai motor pemberian ayahnya. Sepanjang perjalanan Aji hanya duduk sambil mendengarkan lantunan lagu-lagu dari ponsel miliknya menggunakan handsfree atau headset yang terkait pada daun telinganya. Dia tidak mendengar suara lain disekitar dirinya, bersikap tenang dan tampak tidak peduli sangat terlihat pada tingkah laku Aji selama dia berada di dalam angkutan umum tersebut.

Setelah turun dari angkutan umum Aji masih harus berjalan untuk sampai menuju rumah pamannya. Banyak orang lalu lalang menggunakan kebaya dan batik, berjalan di bawah payung mereka masing-masing. Janur kuning pun terpasang di pinggir jalan menuju rumah paman Hari. Aji tidak tahu dan tidak mau tahu siapa yang sedang mengadakan acara nikahan itu, yang dia inginkan adalah menemui ayahnya, keluarganya, pamannya, dan teh Nia yang katanya ingin bertemu dengannya lalu pulang kembali.

Alangkah kagetnya Aji ketika mendekati rumah pamnnya itu. Dia melihat sebuah panggung yang dihias di halaman pekarangan milik pamannya. Hujan masih terus turun walau sekarang hanya tinggal serpihan-serpihan mirip debu saja yang berjatuhan. Aji terdiam sesaat, dia berpikir siapa yang menikah, yang pasti dari keluarga paman dan sepertinya ka Wandi karena dia anak pertama keluarga tersebut. Kemudian Aji kembali berjalan dan masuk rumah pamannya melalui pintu belakang, di sana sudah berkumpul semua keuarga Aji. "Pantas saja semua pergi kemarin, dan setahu gua keluarga ini ga pernah ngerayain taun baruan di luar, ternyata anak paman Hari nikah, dan gua ga tahu," batin Aji. Setelah salaman dengan semua keluarga termasuk keluarga paman, Aji diantar kakaknya yang sudah daritadi menunggunya untuk bersalaman dengan sang pengantin.

Di pelaminan Aji tidak mengenali wajah membelai prianya. Saat melihat ke membelai wanitanya Aji pun merasa agak asing dengan wajah tersebut. Akan tetapi, Aji sadar kalau itu teh Nia. Dia tampak asing karena riasan pengantin yang begitu megah. Aji tampak gugup dan malu untuk bersalaman dengan teh Nia. Dia tidak tahu sama sekali kalau hari ini adalah hari pernikahannya. Aji pun hanya berpakaian biasa tanpa batik, tanpa kemeja, sangat memalukan untuk bersalaman dan mengucapkan selamat kepada sang pengantin. Tetapi, kakak Aji mendorongnya agar dia cepat menemui teh Nia.
"Eh Aji, kirain lupa," sapa teh Nia ketika Aji bersalaman dengannya.
"Egak atuh teh, masa lupa." Aji berbohong agar teh Nia tidak kecewa dengan sepupunya itu.

Malam hari pun tiba, Aji sudah kembali berada di rumahnya. Dia termenung dengan apa yang terjadi hari ini, langit sudah cerah bahkan bintang-bintang berkilauan menghiasi gelapnya malam. "Bzzt,bzzt,bzzt." Kembali ponsel Aji bergetar, ternyata ada panggilan masuk dari Kurniawan, teman Aji yang sebenarnya rumahnya tidak terlalu jauh.
"Ji, kerumah gue yuk, biasalah malam cerah gini kita teropongin bintang."
"Cerah? sekarang lagi hujan Wan." Aji menjawab dengan nada lesu.
"Ah, sakit lu ya, secerah ini di bilang hujan."
"Mungkin keadaan di luar cerah, tapi it's raining all day di hati gue Wan, gua salah, gua salah udah cuek sama lingkungan sekitar.